Sejarah Kebudayaan Jawa berpusat di Kota Surakarta. Di Kota ini pula politik budaya Jawa dibentuk oleh elit kekuasaan setempat. Proses itu masih berlangsung hingga kini.
A. Perjalanan Berdirinya Kota Surakarta
Kraton Surakarta Hadiningrat sesungguhnya penerus kerajaan Mataram, Pajang, Demak, Majapahit, Daha, Jenggala, Kediri, Medang dan Kahuripan. Kehadiran kraton Jawa menjadi syarat pokok agar tanah Jawa selalu mendapat pengayoman, baik dari dunia lahir maupun dari jagad yang tidak kasat mripat. Dengan harapan masyarakat Jawa bisa hidup ayem tentrem, gemah ripah, loh jinawi, tata tentrem karta raharja.
Pendiri kraton Surakarta adalah Sinuwun Paku Buwono II yaitu tahun 1745. Sejarah Kraton Surakarta menjadi sarana utama bagi orang Jawa untuk membangun peradaban yang kokoh dan produktif. Sejak berdirinya, Kraton Surakarta berusaha melanjutkan warisan luhur kerajaan sebelumnya. Bah-kan peninggalan dan warisan itu dibangun dan disempurnakan menjadi lebih elok, indah dan berguna bagi kehidupan. Selama lebih dari 2 abad kraton Surakarta mewariskan keutamaan, keteladanan dan kebesaran yang pantas untuk dilestarikan, sebagai pedoman untuk kaca benggala, ngungak owah gingsiring jaman.
Selama ini Kraton Surakarta diperintah oleh Sinuwun Paku Buwono II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII dan XIII.
Keagungan Kraton Surakarta disokong oleh kebudayaan asli Jawa dengan diperkokoh oleh paham Hindu, Budha, Islam serta ilmu pengetahuan modern. Kesatuan peradaban tersebut menjadikan kreasi dan produksi sejarah Kraton Surakarta dapat tampil mengagumkan di tingkat lokal, nasional dan interna-sional. Di era pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indo-nesia, kraton Surakarta merupakan bagian yang penting demi mewujudkan kesejahteraan lahir batin. Rum kuncaraning bangsa dumunung ing luhuring budaya.
Sri Susuhunan Paku Buwono II mendapat gelar Sinuwun Kombul. Sinuwun Paku Buwono II adalah pendiri Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1745. Sebelumnya beliau memerintah dengan ibukota yang berada di Kartasura antara tahun 1726-1745. Selama memerintah beliau telah menciptakan sarana pertanian yang unggul. Umbul Cakra dan Umbul Pengging dijadikan irigasi pertanian. Kedua sumber mata air ini bertemu di kota Kartasura, lantas dialirkan di sungai Larangan. Dari sungai Larangan ini air digunakan oleh segenap warga Surakarta. Kali Larangan mengalir sampai ke Bengawan Solo.
Ibukota Kraton Surakarta dibangun di desa Sala. Tanah bangunan kraton dibeli dari Ki Gedhe Sala. Pilihan Surakarta sebagai ibukota kerajaan dinilai tepat dan strategis. Sebelah timur terdapat Gunung Lawu, sebelah selatan Pegunungan Se-ribu, sebelah utara Pegunungan Kendeng, selatan barat tampak Gunung Merapi dan Merbabu. Kota Surakarta menjadi pusat peradaban Jawa yang memancarkan keagungan dan keanggunan. Di sanalah ditemukan nilai logika, etika dan estetika, guna mewujudkan konsep memayu hayuning bawana.
Dasar-dasar kebudayaan Jawa diwariskan oleh Sinuwun Paku Buwono II sebagai modal masyarakat Jawa untuk memberi kontribusi terhadap kokohnya peradaban. Bangunan kraton, kesusasteraan, kesenian, pertanian, masakan, peternakan, perkebunan, busana, adat istiadat, upacara tradisional, gamelan, tari, wayang berkembang di kota Surakarta. Wilayah lain tinggal mengembangkan dan menikmati warisan luhur.
Sunan Paku Buwono II adalah raja Surakarta yang per-tama. Adapun silsilah Paku Buwono II menurut Bratadiningrat (1990) yang menuliskan riwayat beliau dalam bahasa Jawa adalah sebagai berikut: Sinuwun Paku Buwono Senapati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panata Gama Khalifatullah Ingkang Kaping II Ing Negari Surakarta Hadiningrat, putra dalem Sinuwun Prabu Amangkurat Jawa ing Negari Kartasura. Miyos saking prameswari dalem GKR (Gusti Kanjeng Ratu) Kencana, putri Raden Adipati Tirtakusuma ing Kudus. Nama Bendara Raden Mas Gusti Prabasuyasa.
Kraton Surakarta Hadiningrat merupakan pindahan dari Kraton Kartasura. Bangunan warisan Sinuwun Paku Bowono II adalah tratag rambat. Bangunan ini kini terkenal dengan nama Pagelaran Sasana Sumewa. Dibangun pada tahun 1745 yang berguna untuk mengadakan pisowanann agung, pertemuan besar dan cara seni budaya.
Pada tahun 1913 tratag rambat dirombak besar-besaran. Jumlah tiang penyangga 48 dengan ukuran besar. Angka ini juga melambangkan ulang tahun raja yang ke 48. Sejak itu nama tratag rambat menjadi Pagelaran Sasana Sumewa. Di tengah pagelaran sasana sumewa terdapat bangsal pengrawit. Bangunan ini disangga 4 kayu jati yang berasal dari Kerajaan Jenggala. Bangunan lain yaitu bangsal Pacekotan dan bangsal Pacikeran. Bangsal Pacekotan berguna untuk tempat pemberian hadiah. Bangsal Pacikeran berguna untuk tempat pemberian hukuman. Agak menjorok ke dalam yakni bangunan Sitihinggil, sebelah timur bangsal Martalulut dan sebelah barat bangsal Singanegara.
Sri Susuhunan Paku Buwono III mendapat gelar Sinuwun Suwarga. Perjanjian Giyanti merupakan tonggak penting dalam mewujudkan proses perdamaian di Kraton Mataram. Selama enam tahun lamanya Sunan Paku Buwono III belajar sejarah Tanah Jawa. Dari masa ke masa selalu muncul problematika yang berbeda. Dari sekian tokoh historis, Raja Airlangga menjadi figur istimewa. Sikapnya yang bersedia berbagi dalam kekuasaan ditiru oleh Paku Buwono III, dengan menandatangani kontrak penting yaitu Perjanjian Giyanti dan Perjanjian Salatiga.
Sinuwun Paku Buwono III memberi ganjaran kepada Pangeran Mangkubumi pada tanggal 13 Pebruari 1755. Berkat perjanjian Giyanti resmilah Pangeran Mangkubumi menjadi raja Yogyakarta dengan gelar Sultan Hamengku Buwana I. Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa dinobatkan menjadi KGPAA Mangkunegara I pada tanggal 17 Maret 1757 dengan Perjanjian Salatiga. Keduanya mendapat kemuliaan, kebahagiaan, kehor-matan, keagungan dan keluhuran berkat kemurahan Sunan Paku Buwono III. Sejarah yang patut dan perlu dianut.
Aktivis perdamaian yang cinta lingkungan mendapatkan suri teladan utama. Sunan Paku Buwono III yang mewariskan peradaban yang terhormat dan bermartabat. Gelar Bapak Perdamaian layak disandang oleh Kanjeng Sinuwun Paku Buwono III, raja Surakarta Hadiningrat, yang ber budi bawa laksana, hambeg adil paramarta, memayu hayuning bawana.
Kraton Surakarta Hadiningrat kemudian diperintah oleh Sunan Paku Buwono III. Riwayat Paku Buwono III secara
lengkap dalam bahasa Jawa sebagai berikut: Sinuwun Kanjeng Susuhu-nan Prabu Amangkurat Jawa Senapati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panata Gama Khalifatullah Ingkang Kaping III Ing Negari Surakarta Hadiningrat, putra dalem Sinuwun Paku Buwono II. Miyos saking prameswari dalem GKR Mas putrinipun Panem-bahan Purbaya, Bupati Lamongan. Panembahan Purbaya punika putra dalem Sinuwun Paku Buwono I. Nama BRM Gusti Suryadi.
Sri Susuhunan Paku Buwono IV mendapat gelar Sinuwun Bagus. Beliau adalah raja pujangga Kraton Surakarta Hadiningrat. Beliau meninggalkan warisan luhur dan agung bagi masyarakat Jawa yang tinggal di wilayah perkotaan, pedesaan dan pegunungan. Penyusunan serat Wulangreh diwujudkan dalam bentuk tembang macapat yang bernilai filosofis dan estetis.
Serat Wulangreh dikaji, dibaca dan dibahas dalam ber-bagai kalangan. Para wiyaga dan waranggana melantunkan cakepan yang dipetik dari serat Wulangreh, sehingga ajarannya menyebar di segala pelosok. Lewat macapatan, seminar dan penulisan karya ilmiah, membuat wejangan Sunan Paku Buwono IV semakin mudah diresapi serta dipahami.
Paguyuban Kawula Kraton Surakarta Hadiningrat me-ngadakan pertemuan rutin secara berkala dan teratur. Mereka menyempatkan diri untuk melagukan, ngrembug, bawa rasa dan tukar kawruh. Semua kegiatan tersebut dilakukan murih padhanging sasmita. Pada 1788, Sinuwun Paku Buwono III digantikan oleh Sinuwun Paku Buwono IV yang memiliki tradisi yang berbeda dengan sunan-sunan sebelumnya. Perubahan itu diadakan dalam rangka menjawakan kehidupan masyarakat, antara lain, sebagai berikut. Setiap hari Jumat, Sunan ber-sembahyang di Masjid Besar. Setiap hari Sabtu diadakan latihan warangan. Setiap abdi dalem yang menghadap raja diwajibkan berpakaian santri. Mereka yang tidak patuh dipecat.
Paku Buwono IV bertahta di Surakarta antara tahun 1788-1820. Gelar lainnya yaitu Sunan Bagus, karena wajahnya memang tampan, lagi pula beliau memegang kendali pe-merintahan dalam usia yang sangat muda, yaitu 19 tahun. Nama kecilnya adalah Bendara Raden Mas Sambadya. Warisan yang dibangun oleh Paku Buwono IV di antaranya: Masjid Agung, Gerbang Sri Manganti, dalem Ageng Prabasuyasa, Bangsal Witana Sitihinggil Kidul, Pendapa Agung Sasana Sewaka, Bangsal Ageng Marcukundha, dan Kori Kamandhungan.
Hasil karyanya dalam bidang kesusasteraan di antara-nya: Serat Wulangreh, Serat Wulang Sunu, Serat Wulang Putri, Serat Wulang Tata Krama, Donga Kabulla Mataram, Cipta Waskitha, Panji Sekar, Panji Raras, Panji Dhadhap, Serat Sasana Prabu, dan Serat Polah Muna-Muni. Paku Buwono IV dalam pandangan masyarakat Jawa namanya harum sekali.
Serat Wulangreh sampai sekarang sangat populer di lingkungan kebudayaan Jawa. Orang Jawa sangat memperhati-kan ajaran- ajaran dalam Serat Wulangreh itu untuk dipraktek-kan dalam kehidupan sehari-hari. Ketajaman moral dan intelektual diperlukan agar manusia tepat dalam meniti karier hidup.
Sri Susuhunan Paku Buwono V mendapat gelar: Sinuwun Sugih. Penyusunan serat Centhini dipimpin langsung oleh
Sinuwun Paku Buwono V. Beliau mengirim tim ke tanah Arab agar menulis ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan agama Islam. Tim yang bertugas menulis soal gunung, sawah, tegal, tumbuhan, ternak, seni, kuliner, dan adat istiadat disebar di kawasan Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Tim penyusun Centhini terdiri dari kaum profesional yang ahli di bidangnya.
Serat Centhini adalah karya sastra istana Jawa yang megah, mewah, indah dan bermutu tinggi. Banyak ilmuwan berkaliber internasional yang membicarakan dan mengkaji Serat Centhini. Mereka menimba ilmu pengetahuan Jawa dari Serat Centhini yang kaya akan data, fakta dan analisa. Tidak berlebihan bila para ilmuwan besar itu menyebut Serat Centhini sebagai warisan sastra dunia. Serat Centhini telah memberi kontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Dokumentasi dan klasifikasi berbagai ilmu pengetahuan dalam Serat Centhini, menunjukkan wibawa para elit cendekiawan Jawa. Elit cendekiawan Jawa mampu berkomunikasi di panggung ilmiah internasional.
Kehadiran Serat Centhini pada kancah pustaka dunia itu, secara otomatis mengangkat harkat, martabat dan derajat
jati diri bangsa. Ternyata identitas suatu bangsa hanya bisa ditampilkan lewat kreatifitas dan produktivitas. Serat
Centhini sudah membuktikan kaitan antara prestise dan prestasi bangsa Indonesia.
Sri Sunan Paku Buwono VII memberi perintah menyalin Serat Centhini baku ciptaan Sunan Paku Buwono V, dengan tinta emas berhuruf Jawa. Serat Centhini itu dijadikan empat belas jilid mulai dari Keramaian Terbangan, Sya’iran dan Sulapan di Kabupaten Wirosobo sampai Pertunjukan Topengan di Krajan Lembuasta dan Trenggalek. Serat Centhini baru ini memuat 280 pupuh dan berisikan semua cerita-cerita porno tulisan Sri Sunan Paku Buwono V sendiri, ketika beliau masih menjadi Pangeran Mahkota.
Sri Susuhunan Paku Buwono VI mendapat gelar: Sinu-wun Bangun Tapa. Pemerintah RI telah menetapkan Sinuwun Paku Buwono VI sebagai pahlawan Nasional pada tanggal 30 Desember 1861. Berkat cita-cita dan perjuangannya beliau menjadi inspirasi agar segenap anak keturunan, keluarga dan pengikutnya selalu menjunjung tinggi nilai kebenaran dan keadilan. Paku Buwono VI hidup di pengasingan antara tahun 1830-1849. Beliau wafat di kota Ambon.
Dalam masa pembuangan itu beliau tetap berkarya dengan menyusun serat Babad Joko Tingkir. Serat Babad ini menceriterakan semangat kepahlawanan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya yang menjadi raja Pajang. Joko Tingkir dalam panggung sejarah Indonesia mempunyai beberapa keunggulan kepribadian (psikologis), kemasyarakatan (sosiologis), keturunan (genetis), kenegaraan (yuridis) dan keagamaan (asketis). Kelima keunggulan itu menjadikan Joko Tingkir mampu tampil sebagai tokoh yang handal, fenomenal dan profesional.
Ditinjau dari segi genetis, Joko Tingkir merupakan trah Kraton Majapahit. Jelas sekali dia adalah satria agung trahing
kusuma rembesing madu, keturunan bangsawan besar. Secara sosiologis keluarga besar Joko Tingkir berhasil membangun jaringan sosial yang kuat dan mengakar. Ayah Joko Tingkir yang bernama Ki Ageng Pengging menjadi pelopor Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). LSM pimpinan Ki Ageng Pengging ini selalu didukung oleh anak muda, kelas menengah dan kaum reformis yang rindu perubahan.
Akhirnya Joko Tingkir menjadi raja di Kraton Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Secara yuridis kenegaraan dia dapat mewujudkan good governance dan clean government, pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Ini wajar sekali, karena semasa mudanya Joko Tingkir memiliki psikologi kepribadian yang mengagumkan. Dia gemar belajar tekun dan bekerja keras, dengan dilambari prinsip ngelmu laku, lara lapa, tapa brata dan cegah dhahar lawan guling. Sebuah asketisme keagamaan yang intinya mengutamakan keselarasan pikir dan dzikir, dengan mengurangi kenikmatan jasmaniah.
Pada masa pemerintahan Kraton Pajang mulai terjadi intrik-intrik politik antar berbagai kekuatan yang ingin berkuasa, Joko Tingkir berusaha untuk mendidik putra-putrinya agar selalu menekuni ilmu pengetahuan dan keagamaan. Dalam hal suksesi kepemimpinan, Joko Tingkir lebih mengedepankan asas meritokrasi, demokrasi, kredibilitas dan kapabilitas seseorang. Bahkan Joko Tingkir dapat mengarahkan putra sulungnya yang bernama Pangeran Benowo untuk menjadi ulama besar. Gagasan Pangeran Benowo ini pula yang menjadi cikal bakal tradisi pendidikan pesantren di Jawa.
Sri Susuhunan Paku Buwono VII mendapat gelar: Sinu-wun Pradata. Masa pemerintahan Paku Buwono VII menjadi tempat pengayoman bagi sekalian pujangga Jawa. Beliau memberi subsidi dan bantuan hidup kepada para pujangga yang mau melakukan kreatifitas dan produktivitas kesusasteraan. Di antaranya adalah: Kyai Yasadipura, Sindusastra, Kusumadilaga dan Ranggawarsita.
Dalam bidang yuridis formal Sinuwun Paku Buwono VII mengirimkan para sarjana untuk belajar ilmu hukum dan tata negara. Dari sinilah kemudian disusun Kitab Undang-undang dan Hukum Pidana (KUHP) yang disebut dengan serat angger-angger. Dalam prakteknya serat Angger-angger ini merupakan landasan utama bagi raja dan aparatnya dalam memerintah kerajaan. Kepastian hukum yang berdasarkan kepada konstitusi ini membuat masyarakat dapat hidup aman dan tenteram.
Warisan Paku Buwono VII yakni perintisan masuknya teknologi dan elektronik di tanah Jawa. Pengadaan sarana transportasi mulai dirintis dengan mendatangkan ahli keeta api. Demikian pula energi listrik mulai dikenalkan. Manajemen yang digunakan berpola pada pembagian kerja yang tepat dan memadai. Sri Susuhunan Paku Buwono VIII mendapat gelar: Sinuwun Makutha Mulya. Artinya yang menjadi jembatan peralihan. Jasa dan warisan Paku Buwono VIII terletak pada kemam-puannya untuk melakukan lobi dan diplomasi. Dengan penuh kebijaksanaan beliau memulai pemerintahan dengan melibatkan segenap kaum profesional.
Masa pemerintahannya selalu berlandaskan pada asas yang telah disepakati bersama. Ketentuan suksesi kerajaan dibuat lebih terang supaya tidak terjadi salah tafsir. Jangan sampai soal suksesi menjadi masalah yang berlarut-larut sehingga memunculkan silang sengketa. Keyakinan ini dilakukan oleh Paku Buwono VIII dengan amat konsekuen.
Saat beliau dinobatkan menjadi raja, dengan segala kerelaan beliau mengangkat putra mahkota yang bukan dari keturunannya. Putra mahkota itu adalah anak Paku Buwono VI yaitu GRM Duksino. Kelak GRM Duksino dinobatkan menjadi Sinuwun Paku Buwono IX. Paku Buwono VIII adalah putra Paku Buwono IV dan kakak Paku Buwono VII. Selama tiga tahun, Paku Buwono VIII memerintah kerajaan Surakarta (1958-1861). Usia pemerintah-an beliau paling pendek. Beliau wafat pada tanggal 28 Desember 1861 dalam usia 72 tahun.
Sri Susuhunan Paku Buwono IX mendapat gelar: Sinuwun Bangun Kedhaton. Sinuwun Paku Buwono IX mewarisi kejayaan dalam bidang ekonomi, teknologi dan diplomasi. Sukses gemilang Paku Buwono IX mengantarkannya sebagai raja Surakarta Hadiningrat yang amat populer di Asia Tenggara.Pada tahun 1864 Paku Buwono IX membuka areal perkebunan teh, kopi, tebu, tembakau di sekitar Gunung Merapi-Merbabu. Irigasi dan bendungan dibangun di sepanjang aliran umbul Cakra Pengging. Usaha perkebunan dan pertanian memberi hasil yang berlimpahruah. Kraton Surakarta Hadining-rat tampil sebagai negara subur makmur. Masyarakat Jawa menyebut Sunan Paku Buwono IX sebagai Sinuwun Bangun Kedhaton.
Pelestarian lingkungan menjadi perhatian Paku Buwono IX. Tahun 1865 dilakukan penanaman pohon jati di sekitar Gunung Kendheng. Program ini melibatkan Bupati Pati, Purwo-dadi, Sragen, Blora, Rembang, Ngawi, Tuban, Madiun, Nganjuk, Lamongan dan Gresik. Sepanjang jalan raya dianjurkan pohon asem. Pulau Jawa menjadi penghasil asem terbesar di dunia.
Dalam bidang teknologi, prestasi yang diwariskan Paku Buwono IX yaitu pembangunan rel kereta api, stasiun, listrik, air minum. Perusahaan kereta api menjadi transportasi utama yang menghubungkan seluruh kawasan Pulau Jawa. Perusahaan listrik bekerja sama dengan ANIEM (Algement Netherlands Indische Electric Mascapij), beroperasi hingga jaman sekarang. Modernisasi yang berpijak pada akar budaya.
Kelancaran perdagangan dilakukan dengan renovasi pelabuhan di Semarang, Tegal, Rembang, Tuban dan Surabaya. Keuangan Kraton Surakarta yang sehat memungkinkan Paku Buwono IX membuat program diplomasi kenegaraan. Pada tahun 1786 Paku Buwono IX melakukan kunjungan kerja dengan Kerajaan Tidore, Ternate, Goa, Buton, Banjar, Delli, Serdang, Langkat, Cirebon, Buleleng dan Bima. Forum komunikasi antar raja Nusantara dibentuk, untuk memperlancar diplomasi kenegaraan. Sinuwun Paku Buwono IX tampil sebagai Narendra Gung Binathara, mbahu dhendha nyakrawati, ambeg adil para marta.
Paku Buwono IX adalah putra kelima Paku Buwono VI. Ibunya bernama GKR Hemas. Beliau lahir pada hari Rabu, tanggal 7 Saban 1758 H atau 22 Desember 1830 M. Sebagai raja beliau juga aktif menulis karya sastra, di antaranya: Wulang Putri, Serat Jayeng Sastra, Serat Darmarini, Serat Wirayatna, Serat Darmaduhita, Serat Menak Cina, Jayeng Sari, Wulang dalem Sinuwun Paku Buwono IX, Serat Wira Iswara.
Sri Susuhunan Paku Buwono X mendapat gelar: Sinuwun ingkang Minulya saha Wicaksana. Sinuwun Paku Buwono X telah ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional oleh Pemerintah RI pada tahun 2013. Warisan nilai-nilai kepahlawanan dan kebangsaan Sri Susuhunan Paku Buwono X dapat dilacak dari pemikiran, langkah dan karyanya. Dokumentasi historis yang tersimpan dalam berbagai perpustakaan lokal, nasional dan internasional memberi informasi penting bahwa raja Surakarta ini punya peranan yang sangat menentukan dalam langkah perjuangan nasional Indonesia.
Selama Paku Buwono X memerintah telah banyak mem-beri sumbangan yang berarti yaitu berupa fasilitas publik meliputi sarana transportasi, rumah sakit, tempat ibadah, pengairan, sekolah dan lain-lain, merupakan kontribusi riil bagi kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini beliau berlaku sebagai narendra ber budi bawa laksana. Keterlibatan beliau dalam membidani Budi Utomo sebagai tanggal Kebangkitan Nasional akan selalu dikenang. Demikian pula dukungan terhadap perjuangan Syarikat Islam yang lahir di kota Surakarta, adalah sikap patriotis yang patut diteladani.
Perjuangan Paku Buwono X senantiasa mengikuti jejak leluhurnya, sejak zaman Kraton Majapahit sampai dengan Mataram. Kejayaan Majapahit mewariskan nilai kebangsaan yang dipelopori oleh Mahapatih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk. Masa keemasan kerajaan nasional, dengan rajanya Prabu Brawijaya ini, terus berkibar di kawasan kepulauan nusantara. Demikian pula Dinasti Kesultanan Demak Bintara yang merupakan kelanjutan Majapahit, nilai-nilai keteladanan telah membawa kemakmuran bagi sekalian rakyat.
Paku Buwono X bertahta di Surakarta Hadiningrat antara tahun 1893-1939. Beliau adalah putra Paku Buwono IX. Kawula negari Surakarta memberi gelar Sampeyan dalem Ingkang Minulya Saha Wicaksana Kanjeng Sinuwun Paku Buwono X. Paku Buwono X lahir pada tanggal 21 Rejeb 1795 atau 29 November 1866. Nama kecilnya adalah Bendara Raden Mas Gusti Sayidin Malikul Husna. Ibunya bernama Gusti Kanjeng Ratu Sinuwun Paku Buwono. Sejak lahir diambil anak oleh eyang dalem Gusti Kanjeng Ratu Agung, permaisuri Paku Buwono VI.
Menginjak umur 3 tahun, BRM Gusti Sayidin Malikul Khusna diangkat menjadi putra mahkota, dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Sudibya Raja Putra Narendra Mataram Ingkang Kaping V ing Negara Surakarta Hadiningrat. Gerakan nasional yang tumbuh di Solo, yaitu Syarikat Islam sangat didukung oleh Sinuwun Paku Buwono X. Pendidikan pada masa itu pun berkembang pesat. Surat kabar juga hidup dengan subur, dengan beraneka ragam penerbitan yang maju idealismenya.
Sri Susuhunan Paku Buwono XI mendapat gelar: Sinuwun Kridha Caraka. Artinya raja yang menjadi pelopor tumbuhnya parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat. Sri Susuhunan Paku Buwono XI adalah aktifis pergerakan pendidikan keagamaan dan kebudayaan. Pada tahun 1905 Hangabehi PB XI menjabat sebagai Ketua Dewan Kraton. Tahun 1908 aktif dalam pemben-tukan Budi Utomo. Tahun 1911 menjadi Ketua Penasihat Sarekat Islam. Tahun 1912-1914 menempuh pendidikan di Universiteit Leiden. Tahun 1915 membantu persarikatan Muhammadiyah. Tahun 1918 turut serta dalam pembentukan Volksraad atau dewan rakyat.
Antara tahun 1920-1940 beliau mencurahkan tenaganya demi kemajuan bangsa dan negara. KGPH Hangabehi PB XI turut memperlancar Perguruan Taman Siswa, Pendidikan Islam Man-ba’ul Ulum, stadion Sriwedari, pasar Gede. Pabrik gula, stasiun kereta api, jalan, jembatan, terminal, telekomunikasi, listrik perkebunan dan rumah sakit. Ketrampilan Hangabehi PB XI yaitu melakukan lobi, pendekatan dan kerjasama dengan berbagai kekuatan sosial.
Menjelang kemerdeaan Indonesia tahun 1945 Sri Susu-hunan PB XI dapat meyakinkan para pembesar Jepang untuk membentuk BPUPKI. Bahkan ketua BPUPKI dijabat oleh KRT Dr. Radjiman Widyodiningrat, utusan resmi Kraton Surakarta. Sri Susuhunan PB XI merupakan pejuang kemerdekaan yang mewariskan keteladanan, keutamaan dan kepahlawanan. Beliau telah mengantar bangsa ini ke depan pintu gerbang kemer-dekaan Indonesia. Paku Buwono XI naik tahta pada tanggal 26 April 1939, mengganti ayahanda Paku Buwono X. Beliau memerintah 1939-1945. Beliau selalu memberi sumbangan kepada masyarakat.
B. Kraton Surakarta bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sri Susuhunan Paku Buwono XII mendapat gelar: Sinuwun Hamardika. Kraton Surakarta Hadiningrat kemudian diperintah oleh Sinuwun Paku Buwono XII. Riwayat Sinuwun Paku Buwono XII dalam bahasa Jawa sebagai berikut: Sinuwun Paku Buwono Senapati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Kaping XII Ing Negari Sura-karta Hadiningrat putra saking Paku Buwono XI ingkang lahir saking prameswari dalem GKR Sinuwun Paku Buwono, putri KRMT Puspadiningrat. Asma timur GRM Suryaguritna. Wiyosan dalem ing dinten Selasa Legi, 20 Ramelan 1855 utawi 14 April 1925. Dewasa jumeneng Pangeran KGPH Purbaya. Jumeneng nata ing dinten Jum’at Pahing, 19 Rejeb 1876 utawi 12 Juli 1945. Wondene sesebutan dalem Solo Koo, awit taksih pendudukan Japan.
Kehidupan Sinuwun Paku Buwono XII saat ini banyak diwarnai oleh nilai-nilai kebudayaan dan kesenian Jawa. Beliau termasuk tokoh tradisional yang berpengaruh di Asia Tenggara. Beliau wafat pada tanggal 11 Juni 2004. Sinuwun Paku Buwono XII sangat disegani oleh politikus kaliber internasional. Semuanya selalu mohon doa restu pada Sinuwun Paku Buwono XII di Surakarta.
Mendukung Berdirinya NKRI
Sejarah telah mencatat bahwa Kraton Surakarta amat berperan pada masa awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sinuhun Paku Buwono XII membantu secara moril, materiil dan spirituil demi tegaknya NKRI yang diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Generasi muda perlu mempelajari dengan sungguh-sungguh peranan Kraton Surakarta Hadiningrat sepanjang masa.
Piagam Kedudukan Republik Indonesia
Kami, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, menetapkan: Ingkang Sinoehoen Kandjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono Senopati Ing Ngalogo Abdoerrahman Sajidin Panotogomo Ingkang Kaping XII, ing Soerakarta Hadiningrat pada kedudukannya.
Dengan kepercayaan bahwa Seri Padoeka Kandjeng Soesoe-hoenan akan mencurahkan segala pikiran, tenaga, jiwa dan raga untuk keselamatan daerah Surakarta sebagai bagian dari pada Republik Indonesia.
Jakarta 19 Agustus 1945
Presiden Republik Indonesia
Ir. Soekarno
——————–
Maklumat Sunan Paku Buwono XII
Makloemat Sri Padoeka Ingkang Sinoehoen Kandjeng Soesoehoenan kepada seloeroeh Pendoedoek Negeri Soerakarta Hadiningrat.
1. Kami Pakoe Boewono XII, Soesoehoenan Negeri Soerakarta Hadiningrat menjatakan Negeri Soerakarta Hadiningrat jang bersifat keradjaan adalah daerah istimewa dari Negara Repoeblik Indonesia dan berdiri di belakang Pemerintah Poesat Negara Repoeblik Indonesia.
2. Kami menjatakan bahwa pada dasarnja segala kekoeasaan dalam daerah negeri Soerakarta Hadiningrat terletak di
tangan Soesoehoenan Soerakarta Hadiningrat dan oleh karena itoe, berhoeboeng dengan keadaan pada dewasa ini, maka kekoeasaan-kekoeasaan jang sampai kini tidak di tangan kami dengan sendirinja kembali ke tangan kami.
3. Kami menjatakan bahwa perhoeboengan antara Negeri Soerakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Poesat Negara Repoeblik Indonesia bersifat langsoeng.
4. Kami memerintahkan dan pertjaja kepada seloeroeh Pendoedoek Negeri Soerakarta Hadiningrat, mereka akan bersikap sesoeai dengan Sabda Kami terseboet di atas.
Soerakarta Hadiningrat, 1 September 1945
Pakoe Boewono XII
Delegasi Konferensi Meja Bundar
Paku Buwono XII dan Mangkunegara VIII menjadi anggota delegasi RI yang dipimpin oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Surat di bawah ini dikirim dari negeri Belanda menjelang penandatanganan Konferensi Meja Bundar (KMB) oleh Bung Hatta yang ditujukan kepada Presiden dan Menhankam RI.
Jang terhormat
J.M. fg. Minister Presiden dan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Djogjakarta
Dengan hormat,
Dengan surat ini dikabarkan bahwa dalam perundingan KMB tetap diturut sikap dan pendirian bahwa semendjak penjerahan piagam pengakuan pada penghabisan tahun 1945 oleh Peme-rintah Republik Indonesia, maka Zelfbesturende Landschappen Surakarta dan Mangkunegaran mempunyai kedudukan daerah istimewa menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Berhubung dengan ketetapan pendirian ini hendaklah ada persesuaian dengan kebidjaksanaan dalam praktik pemerintahan terhadap kedua daerah istimewa itu. Bersangkutan dengan persesuaian pendirian ini dan melihat aliranaliran jang ada di daerah tersebut, maka djikalau sekiranja ada berlangsung penjerahan pemerintahan oleh tentara Belanda, hendaknya penjerahan itu diterima dengan langsung oleh J.M. fg. Minister Presiden dan Menteri Pertahahan sebagai wakil Pemerintah Republik Indonesia. Tentang Pengangkatan Wali Kota baru di Surakarta hendaklah dilaksanakan setelah mendengar timbangan dan fikiran rijksbestuurders Surakarta.
Sekian pemberitahuan ini, jang harap didjadikan pedoman dalam melaksanakan kebidjaksanaan pemerintahan terhadap kedua daerah istimewa itu.
Den Haag, 12 September 1949
Dengan hormat,
Ttd.
WAKIL PRESIDEN
Mohammad Hatta
Konferensi Meja Bundar yang diikuti oleh Sunan Paku Buwono XII tersebut merupakan peristiwa sejarah yang sangat penting. Pada tanggal 27 Desember 1949, negara Indonesia diakui kedaulatannya. Hasil terpenting perundingan Meja Bundar adalah terbentuknya Republik Indonesia Serikat. Penting, karena dampaknya di bidang politis terutama dalam aspek konstitusional akan sangat luas (Bram Setiadi, dkk. 2000: 105). Beliau menjadi delegasi KMB dengan biaya sendiri. Tujuannya untuk tegaknya NKRI yang baru saja merdeka.
C. Sumbangan Kraton Surakarta pada Pemerintah Republik Indonesia
Sejak awal proklamasi kraton Surakarta terlibat aktif dalam proses pendirian NKRI. Menurut Prof. Dr. Sri Juari Santosa
Guru Besar Universitas Gadjah Mada bahwa Kraton Surakarta Hadiningrat telah memberi sumbangan kepada Negara RI. Barang dan jasa yang diberikan Kraton Surakarta kepada pemerintah RI pada masa revolusi kemerdekaan, sesuai dengan catatan kwitansi dan dokumen resmi yang tersimpan dalam berbagai kepustakaan dan musium adalah sebagai berikut:
No | Nama barang yang diberikan atau dipinjamkan | Jumlah | Penerima | Tanggal penyerahan |
1 | Mobil Plymouth | 1 buah | Reg. II Div. IV | 30-10-45 |
2 | Mobil Chevrolet kelabu | 1 buah | TKR Surakarta | 4-11-45 |
3 | Makanan dan bahan makan | Medan pertempuran Surabaya | 17-11-45 | |
4 | Instrumen musik | Kep. Jawatan TU. TRI Div. Surakarta | 20-11-45 | |
5 | Mobil Plymouth | 1 buah | Polisi tentara | 30-11-45 |
6 | Mobil Chevrolet | 1 buah | Abdidalem Pangreh Praja | 30-11-45 |
7 | Sejumlah senjata | Markas TKR | 24-12-45 | |
8 | Uang Rp. 8.750 | Berbagai badan | 19 Sept s/d 24 Des 45 | |
9 | Mobil | 1 buah | M. BO TRI bag. Organisasi | 4-2-46 |
10 | Kursi antik, kursi bludru & kecohan | Panitia Muktamar Masyumi | 9-2-46 | |
11 | Bangsal Witana Balai Agung | Asrama & Pengadilan Luhur Islam | 18-2-46 | |
12 | Perahu | 1 buah | PKBS Serengan | 22-2-46 |
13 | Instrumen musik | Panitia penyambutan tentara | 26-6-46 | |
14 | Jam Genta | 6 buah | Markas Resimen II Div. X | 19-4-46 |
15 | Tambur | 1 buah | AsramaRI | 14-4-46 |
16 | Instrumen musik | 23 pucuk | Div. IV | 29-4-46 |
17 | Tambur | 4 buah | Div. X | 13-6-46 |
18 | Slompret | 4 buah | Div. X | 13-6-46 |
19 | Bende | 5 buah | Markas Resimen II Div. X | 19-6-46 |
20 | Senapan Beamont model 71 dengan bayonet 50 buah | TRI Bat. 16 | ||
21 | Tempat peluru | 50 buah | TRI Bat. 16 | |
22 | Klewang pendek | 100 buah | TRI Bat. 16 | |
23 | Gordel | 100 buah | TRI Bat. 16 | |
24 | Anggar (schunkapmes) | 100 buah | TRI Bat. 16 | |
25 | Draagrim | 100 buah | TRI Bat. 16 | |
26 | Wachpatroon | 105 buah | TRI Bat. 16 | |
27 | Sadel cavaleri | 100 buah | TRI Bat. 16 | |
28 | Instrumen musik | 27 pucuk | Panitia1 tahun RI | 27-7-46 |
29 | Telepon di WiryodininG.R.A.tan | 1 buah | Gabungan Laskar Pertahanan | 23-9-46 |
30 | Montor Ford | 1 buah | Anggota PMC | 25-11-45 |
31 | Kuda | 1 ekor | Pasukan berkuda Div. IV | 17-12-46 |
32 | Kuda | 1 ekor | Kep. Div. IV AD RI | 17-12-46 |
33 | Piala | 1 buah | Konggres Laskar Buruh Indonesia | 30-12-46 |
34 | Uang Rp. 41.088 | Berbagai badan | 21 Jan s/d 28 Des 46 | |
35 | Kuda | 1 ekor | Pasukan Cavaleri | 6-1-47 |
36 | Kuda besar | 2 ekor | Staf. Div. IV AD TRI | 30-11-47 |
37 | Mobil Crysler | 1 buah | Walikota | 18-1-47 |
38 | Kuda gerobag | 1 ekor | Pemimpin pertempuran tenggara | 17-4-47 |
39 | Ikan dendeng | Garis depan | 8 Feb s/d 15 Feb 47 | |
40 | Kuda Layarmega & Nirwati | 2 ekor | Kementrian Pertahanan | 10-3-47 |
41 | PesangG.R.A.han Tegalganda & Giriwaya | Markas tertinggi tentara | 18-3-47 | |
42 | Kuda tunggangan | 2 ekor | Dewan Pertahanan Daerah Surakarta | 9-4-47 |
43 | Arca marmer | 2 buah | Panitia Fancy Fair Pandu Ska | 17-4-47 |
44 | Kuda besar | 1 ekor | Pemimpin pertempuran tenggara | 17-4-47 |
45 | Plaquette | 1 buah | Panitia penyelenggara Hawaian Concours Ska. | 21-4-47 |
46 | Plaquette | 1 buah | Gabungan Laskar Pertahanan | 21-4-47 |
47 | PasangG.R.A.han Langenharjo | PT Resimen II | 24-5-47 | |
48 | PasangG.R.A.han Tursinoharjo | BTN | 5-6-47 | |
49 | Taplak, piring, beri, serbet, dan jodang | 420 buah | Detasemen Staf Div. IV | 24-7-47 |
50 | Kuda kecil | 1 ekor | Pemimpin pertempuran Tenggara | 17-4-47 |
51 | Rusa | 2 ekor | Dewan Pertahanan Daerah Ska. | 24-7-47 |
52 | Mobil Dodge | 1 buah | Divisi IV | 24-7-47 |
53 | Kuda Lungkeh & Kresno | 2 ekor | Dewan Pertahanan Daerah Ska. | 24-7-47 |
54 | Pesawat telepon di rumah KRMT Tirtodiningrat | 1 buah | Markas pertahanan Salatiga | 29-7-47 |
55 | Lampu ting | 10 buah | Gabungan Laskar pertahanan Surakarta | 14-10-47 |
56 | Piala | 1 buah | IPI | 28-9-47 |
57 | Pesawat telepon | 1 buah | Gabungan Laskar pertahanan Surakarta | 14-10-47 |
58 | Beri emas | 1 buah | Pemerintah RI | 9-9-47 |
59 | Pedang | 20 buah | Laskar Merah Markas Surakarta | 17-10-47 |
60 | Plaquette | 1 buah | PPR. Kalurahan Gajahan | 20-11-47 |
61 | Kuda | 2 ekor | Eskadron Cavaleri Divisi IV | 24-7-47 |
62 | Plaquette | 1 buah | Panitia Panahan Surakarta | 25-10-47 |
63 | Plaquette | 1 buah | Panitian pertahanan Rakyat Gajahan | 21-11-47 |
64 | Uang Rp. 17.500 | Berbagai badan | 10 Jan s/d 30 Des 47 | |
65 | Plaquette | 1 buah | TNI bag. Masyarakat | 16-1-48 |
66 | Plaquette | 1 buah | Panitia Hawaian Cours Surakarta | 28-1-48 |
67 | Plaquette | 1 buah | PO RI Surakarta | 14-2-48 |
68 | Arca Perunggu | 1 buah | Fancy for bagian kewanitaan Surakarta | 6-3-48 |
69 | Arca Perunggu | 1 buah | Panitia Pasar Derma cabang Surakarta | 31-3-48 |
70 | Nessel Merah Putih | 6 buah | Kepala Rumah Tangga Presiden | 24-3-48 |
71 | Uang Rp. 900 | Berbagai badan | 17 Jan s/d 31 Maret 48 | |
72 | Rusakan perahu | 2 buah | Pendidikan Langenarjo | 20-6-49 |
73 | Rumah Pakapalan | 4 buah | DPU Surakarta | 14-6-49 |
74 | Plaquette | 1 buah | Panitia Pasar Malam Sri Wedari | |
75 | Uang Rp. 450 | Berbagai badan | 2 Juni s/d 20 Des 49 | |
76 | Tanah perumahan di Kartasura | 1 hektar | Kep. Pem.Militer Kartasura | 16-1-50 |
77 | Perabot wireng | Panitia perayaan Surakarta | 18-1-50 | |
78 | Perabot wireng | Panitia Kampung Reksoniten | 17-2-50 | |
79 | Perabot wireng | PB PNI Pusat daerah Surakarta | 11-4-50 | |
80 | Perabot wireng | Panitia Peringatan 1 Mei | 27-4-50 | |
81 | Perabot wireng | Panitia Perpisahan STN | 9-6-50 | |
82 | Perabot wireng | Kep. Pendidikan Subsistensi Kader | 4-5-50 | |
83 | Pompa motor | Pembantu Polisi Karesidenan Surakarta | 5-7-50 | |
84 | Sabuk epek | Panitia kitanan Pasar Kliwon | ||
85 | Gamelan | Pembukaan Konservatori Surakarta | 19-8-50 | |
86 | Wayang kulit | RRI Surakarta | 19-10-50 &12-12-50 | |
87 | Alat Brandweer | Panitia Pekan Maulud Surakarta | 23-11-50 | |
88 | Uang Rp. 1330 | Berbagai badan | 21 Agust s/d 13 Des 50 | |
89 | Berbagai plaquette | Berbagai badan | Selama tahun 1951 | |
90 | Perabot wireng | Berbagai badan | Selama tahun 1951 | |
91 | Wayang kulit | RRI Surakarta | 9-3-51 | |
92 | Pompa motor | Panitia Maleman Sri Wedari | 14-6-51 | |
93 | Pakaian wayang orang | Pengurus HBS | 30-7-51 | |
94 | PasangG.R.A.han Langenharjo | Perwira Pengawas Teritorial | 5-9-51 | |
95 | Tambur & slompret | @ 2 buah | Com. Brigade Mobil Rayon Surakarta | 20-11-51 |
96 | Uang Rp. 350 | Berbagai badan | 13-21-51 |
No | Nama barang | Jumlah | Keterangan | ||
1 | Pakaian prajurit Jaba | 205 stel | Satu stel terdiri dari: 1 Jas hitam 1 Celana hitam 1 Shouder (tali rumbai) 1 Kuas topi |
||
2 | Pakaian Jayengsastra | 50 stel | Satu stel terdiri dari: 1 Baju atela biru 1 Celana panjang merah 1 Kain rejeng latar putih 1 Sabuk merah 1 Shouder (tali rumbai) |
||
3 | Pakaian Tamtama | 50 stel | Satu stel terdiri dari: 1 Jas atela hitam 1 Celana panji-panji merah 1 Kain rejeng latar ireng 1 Sabuk merah 1 Shouder |
||
4 | Pakaian Opsir (luar dalam) | 17 stel | Satu stel terdiri dari: 1 Jas atela hitam 1 Celana panji-panji merah 1 Kain rejeng 1 Sabuk cinde boro Epek 1 Shouder |
||
5 | Pakaian Prajurit komplit | 18 stel | Satu stel terdiri dari: 1 Kutang putih 1 Takwa kuning 1 Rapek sabuk kuning 1 Epek dan timang 1 Celana panji-panji biru 1 Sumping keris |
||
6 | Cadangan pakaian Panyutro | ||||
7 | a. Rapek | 5 potong | |||
8 | b. Kutang putih | 5 potong | |||
9 | c. Celana Panji-panji biru | 4 potong | |||
10 | d. Srempang endong | 9 potong | |||
11 | e. Jeplakan | 5 potong | |||
12 | f. Tempat anak panah | 18 buah | |||
13 | g. Sabuk kuning | 1 buah | |||
14 | h. Anggaran | 2 buah | |||
15 | i. Epek | 9 buah | |||
16 | j. Sumping | 5 buah | |||
17 | k. Kolong keris | 5 buah | |||
18 | l. Kain rejeng | 3 helai | |||
19 | m. Kain lereng barong | 1 helai | |||
20 | n. Keris Panyutro | 18 bilah | |||
21 | Sabuk prajurit | 29 biji | |||
22 | Rim | 52 buah | |||
23 | Epek kulit | 32 buah | |||
24 | Timang PB | 34 buah | |||
25 | Tempat klewang | 38 buah | |||
26 | Topi sersi/Prajurit Jaba | 250 buah | |||
27 | Topi hijau | 140 buah | |||
28 | Topi bamboo | 140 buah | |||
29 | Iket wulung | 100 buah | |||
30 | Isi kepmes | 232 buah | |||
31 | Pestol kuno | 15 buah | |||
32 | Songkok | 9 buah | |||
33 | Umbul-umbul | 1 buah | |||
34 | Daludag | 3 buah | |||
35 | Rontek | 119 buah | |||
36 | Keris | 98 buah | |||
37 | Tempat peluru | 200 buah | |||
38 | Tameng | 51 buah | |||
39 | Tombak | 125 buah | |||
40 | Pedang | 213 buah | |||
41 | Payung | 6 buah | |||
42 | Kuluk | 94 buah | |||
43 | Pukul bende | 1 buah | |||
44 | Alat/pakaian kuda | 2 jodang | |||
45 | Pakaian kusir | 1 blek | |||
46 | Ting joli (lampu kereta) | 4 buah | |||
47 | Kain penutup kereta | 5 buntel | |||
48 | Besek kosong | 9 buah | |||
49 | Tiwar | 1 buah | |||
50 | Kawat | 1 gulung ± 10 m | |||
51 | Kereta | 3 buah | a. Kyai Garudo b. Kyai Siswando c. Kyai Morosebo |
||
52 | Joli | 2 buah | a. Kyai Jempono b. Kyai Mimono(Sri Juari, 2002: 20-25). |
Sumbangan Kraton Surakarta tersebut menjadi modal awal atas terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah kota Surakarta yang dipimpin oleh walikota menjadi ringan dan mudah dalam memberikan tugas. Adapun walikota Surakarta adalah sebagai berikut:
1. Sindoeredjo, 19 Mei 1946-15 Juli 1946
2. Mr. Iskak Tjokroadisurjo, 15 Juli 1946-14 November 1946
3. Sjamsoeridjal, 14 November 1946-13 Januari 1949
4. Soedjatmo Soemowerdojo, 14 November 1946-13 Januari 1949
5. Soeharjo Soerjo Pranoto, Juni 1949-Mei 1950
6. K. Ng. Soebekti Poesponoto, 1 Mei 1950-1 Agustus 1951
7. Muhammad Saleh Werdisastro, 1 Agustus 1951-17 Februari 1958
8. Oetomo Ramelan, 17 Februari 1958-23 Oktober 1965
9. Th. J. Soemantha, 23 Oktober 1965-11 Januari 1968
10. R. Koesnandar, 1968-1975
11. Soemari Wongsopawiro, 1975-1980
12. Ignatius Soekatmo Prawirohadisebroto, 1980-1985
13. H.R. Hartomo, 1985-1995
14. Imam Soetopo, 1995-2000
15. Slamet Suryanto, 2000-2005
16. Jok Widodo, 2005-2012
17. F.X. Hadi Rudyatmo, 2012-2015
18. Budi Suharto (Penjabat Wali kota), 5 Agustus 2015-30 Desember 2015
19. Budi Yulistianto (Penjabat Wali kota), 31 Desember 2015-17 Februari 2016
20. F.X. Hadi Rudyatmo, 17 Februari 2016-2021.
Berseri berseri bersih sehat rapi indah. Pancen nyata pra kanca kanggo srana. Mujudake Surakarta kutha budaya. Pariwisata lan olahraga. Wus misuwur sedulur. Njaban rangkah wus genah. Ngondhangake kutha Sala tanpa nendra. Dadya budayane bangsa mrih kuncara. Berseri berseri bersih sehat rapi indah.
Oleh Dr Purwadi, M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA, HP. 087864404347