Di desa-desa lereng Gunung Lawu pada era 1960-an hingga 1980-an komoditas pertanian yang paling terkenal dan bernilai mahal adalah jeruk keprok. Sayang kejayaan jeruk keprok Lereng Lawu itu harus berakhir pada dekade 80-an. Setelah serangan masal hama CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) meluluhlantakkannya.
Setelah itu petani di daerah ini bingung mencari komoditas pengganti sebagai unggulan yang bisa dijual dengan harga setinggi jeruk keprok tersebut. Sebagian lebih memilih menekuni komoditas sayur-mayur.
Dari penelusuran ditemukan sebuah penelitian yang dilakukan Maridi, salah satu staf pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hasil penelitian yang sempat dipublikasikan sebagai prosiding seminar Nasional Pendidikan Biologi tahun 2018 tersebut berjudul: Budidaya Buah Sebagai Alternatif Komoditas Pengembangan Wilayah Wisata Lereng Gunung Lawu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.
Ada beberapa hal menarik dari penelitian tersebut. Salah satu yang penting adalah menyebutkan bahwa komoditas buah-buahan yang paling sesuai dibudidayakan di Lereng Gunung Lawu saat ini adalah jambu kristal, jambu merah (keduanya merupakan varietas jambu biji (Psidium guajava L.))dan durian (Durio sp).
Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan alternatif spesies buah yang sesuai dengan kondisi topografi dan kontur wilayah wisata di lereng gunung Lawu ini dilakukan selama tiga bulan tahun 2017. Secara random penelitian dilakukan di Desa Puntukrejo, Dusun Nglorok (Berjo), Desa Segoro Gunung, wilayah Jumok (Berjo), dan Desa Kemuning.
Lereng gunung Lawu bagian barat ini memiliki ketinggian antara 400 sampai dengan 600 meter diatas permukaan air laut dengan kemiringan antara 10-20 derajat dengan jenis tanah mediteran. Selain ada kesesuaian dengan ekologinya, ketiga jenis spesies buah tersebut sangat diminati oleh para pengunjung Agrowisata khususnya di daerah lereng bagian barat gunung Lawu.
Saat ini kalau kita datang di kawasan barat Lereng gunung Lawu salah satunya bisa menjumpai keberadaan Agrowisata Kebun Jambu Puja, di Ngargoyoso. Agrowisata ini menawarkan wisata petik jambu langsung dari pohonya. Pengunjung bisa makan sepuasnya, atau dibawa oleh-oleh pulang.
Kebun jambu merah ini terletak di Dusun Candi RT 02 RW 04, Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar. Agrowisata yang dirintis pak Wajib ini sudah ada sejak 2017 lalu. Di lokasi tersebut saat ini ada 700 pohon jambu. Jambu jenis merah ini memiliki banyak peminatnya, tekstur yang lembut, dan kandungan airnya tidak cukup banyak.
Menurut informasi, jambu dari sini dipasarkan ke Tawangmangu, Magetan, Solo, Sragen, Madiun hingga Kediri. Untuk bisa membawa pulang pengunjung dapat membelinya seharga Rp 7.000 per kilogram yang berisi empat sampai lima buah.
Sementara itu terkait dengan durian, merupakan salah satu potensi alam yang dimiliki Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng). Hampir setiap kecamatan kabupaten itu mempunyai kebun durian. Dari beberapa lokasi tersebut ada daerah-daerah yang mempunyai produk durian unggulan.
Di antaranya seperti Matesih dan Ngargoyoso. Dua Kecamatan itu memiliki produk unggulan durian dengan rasa yang khas.
Menurut informasi durian di Matesih rasa pahitnya sangat terasa. Tapi kalau untuk durian dari Ngargoyoso rasa pahitnya tidak terlalu. Salah seorang warga sekaligus penjual durian di Matesih bernama Wawan menjelaskan, produk durian di Ngargoyoso lebih disukai. Ada beberapa desa yang terkenal sebagai penghasil durian dengan rasa unggulan. Seperti Dusun Pogak, Girimulyo, Ngargoyoso. Lalu ada Dusun Dali, Nglego, Ngargoyoso, Manduk, dan Jatirejo.
Menurut Wawan, yang paling enak adalah dari Dali itu, bahkan pernah meraih juara dalam festival durian beberapa tahun lalu. Selain rasa yang khas, tekstur durian dari Dali juga berbeda dengan durian dari desa lainnya. Untuk teksturnya lebih pulen, warnanya kuning dan bersih, seratnya juga lebih kelihatan. Akibatnya durian dari Dusun Dali ini lebih mahal jika dibandingkan dengan durian dari daerah lain, sekitar Rp 75 ribu per buahnya. Satu pohon sekali panen itu bisa mencapai lebih dari 300 buah, tapi untuk bisa menghasilkan buah sebanyak itu rata-rata berusia 20 tahun ke atas.
Bagi Anda yang ingin budidaya buah-buahan di lereng Gunung Lawu barangkali bisa mempertimbangkan memilih tiga jenis buah ini. Setidaknya penelitian pengajar FKIP UNS di atas bisa menjadi salah satu pertimbangan.