Mengindustrikan Bumbon Lereng Lawu di Amerika

Bumbon artinya bumbu. Penduduk lokal lereng Gunung Lawu menyebut bumbu dengan kata bumbon. Dalam bahasa Inggris sering disebut spices (=rempah-rempah). Di lereng Gunung Lawu banyak hasil bumi sebagai bahan dasar bumbu ini. Tengok di kebun itu, ada cabe, bawang, kunyit dan lain sebagainya.

Sumber: presentasi Hari edi Sukirno

Bisakah bumbu yang menjadi kearifan lokal itu dijual ke Amerika? Agar devisa masuk ke Lereng Lawu…
Bisa! Optimisme itu muncul setelah mengikuti webinar yang berjudul “Mengindustrikan Makanan dan Bumbu Indonesia di Amerika”, Sabtu pagi, 28 Agustus 2021 waktu Indonesia Barat.

Acara yang digelar dalam rangka memperingati HUT RI ke-76, KBRI Washington D.C., bekerjasama dengan Indonesia American Association (IAA). Acara ini merupakan upaya menyapa para calon eksportir, potential buyer, pebisnis kuliner dan diaspora Indonesia di Amerika Serikat dan UMKM Indonesia melalui seminar online.

Setidaknya 356 orang bergabung dalam acara ini bersama nara sumber William Wongso (Pakar Kuliner Indonesia), Wijayanto (Atase Perdagangan KBRI Washington D.C.), Hari Edi Soekirno (Atase Pertanian KBRI Washington D.C.), Agus Setiawan (Konsultan FDA Amerika Serikat Registrar Corp) dan moderator Rachmad Poetranto (Indonesian American Association Board of Trustee).

Dalam paparan Hari Edi Sukirno, kalau ekspor komoditas pertanian Indonesia ke Amerika dibagi dua kelompok dan diambil 10 terbanyak, maka komoditas perkebunan berturut-turut adalah kulit kayu manis, biji lada, kayu manis, cengkeh, biji pala, vanili, bubuk lada, bunga pala, kemiri, asam jawa.

Sumber: presentasi William Wongso

Sedangkan komoditas hortikultura berturut-turut buah sukun, kunyit, jahe, bubuk jahe, bubuk kunyit, benih paria, daun sirsak kering, bunga mace papua, bunga pinus, dan bibit kemiri.

Rasanya semua komoditas itu ada di lereng Gunung Lawu. Jadi potensi untuk mengekspor komoditas hasil bumi lereng Gunung Lawu sangat besar. Devisa pun seperti ada di depan mata rasanya.

Lalu bagaimana untuk mengakses dan untuk memulai agar komoditas kita bisa terbang ke negeri paman sam serta berganti devisa? Hari Edi lagi-lagi memberi tips bagi Anda sebagai calon eksportir. Pertama cermati dan analisa permintaan pasar. Kemudian hubungi calon importir untuk membangun relasi awal. Sediakan barang sesuai kualitas dan standar yang diminta oleh importir. Pastikan barang yang Anda ekspor bisa berkesinambungan. Pastikan harga yang Anda tawarkan bersaing. Dapatkan sertifikasi kesehatan pangan negara Amerika Serikat. Lakukan kolaborasi/ bermitra atau membentuk koperasi agar posisi Anda sebagai eksportir kuat. Patuhi regulasi, prosedur dan persyaratan teknis negara Amerika Serikat, seperti sanitary (phytosanitary USDA APHIS/ FDA). Kemudian kirimkan sampel produk olahan untuk dipromosikan.

Sumber: presentasi William Wongso

Sementara itu sebagai pengetahuan awal tentang bumbu, pakar kuliner William Wongso menjelaskan, bahwa bumbu itu bagian dari budaya kuliner. Bumbu cerminan kearifan lokal yang berbeda antara satu pulau dengan pulau lainnya. Jadi bumbu yang selama ini dipakai dan dilestarikan penduduk di lereng Gunung Lawu tentu khas dan berbeda dengan daerah lainnya. Akar tradisi Indonesia itu adalah bumbu. Jadi bumbu adalah kekayaan yang nilainya tinggi. William Wongso mengatakan, kalau mau mempromosikan kuliner Indonesia ke orang luar negeri berikan saja aplikasi (racikan bumbu jadi), jangan resepnya. Baru kalau mereka mau tahu lebih detail agar mengeksplorasi sendiri. Karena pada umumnya ibu-ibu rumah tangga di Eropa maupun Amerika yang memasak sendiri di rumah itu tidak mau repot. Masakan mereka sederhana.

Nah, beberapa saat lalu ada petani porang di kabupaten Karanganyar sudah sukses dan sudah ada yang menembus ekspor ke manca negara, maka tak ada jeleknya, bila Anda mencoba juga ekspor bumbu ke Amerika Serikat.

Sebagai awalan bila Anda berminat untuk melakukan ekspor bumbu hasil bumi lereng Gunung Lawu ke Amerika Serikat bisa berdiskusi lewat email attani@embassyofindonesia.org (email atase pertanian di KBRI AS).