Dilihat dari aspek ekonomi anggrek merupakan tumbuhan dengan nilai estetika tinggi yang menarik orang untuk memanfaatkannya dan dijual. Anggrek diperdagangkan secara legal maupun ilegal. Di sisi lain, Anggrek juga merupakan tumbuhan ornamental. Anggrek juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan produk kesehatan dan makanan.
Dilihat dari aspek keseimbangan alam, anggrek memiliki nilai ekologi melalui interaksinya dengan polinator. Setiap spesies anggrek memiliki karakter morfologi unik yang mencerminkan adaptasi terhadap morfologi dan perilaku penyerbuk utamanya.
Setiap spesies anggrek juga menempati kondisi iklim tertentu yang spesifik atau disebut sebagai mikroklimat. Faktor-faktor penyebab adanya mikroklimat pada anggrek diantaranya ketergantungan anggrek dengan mikoriza yang spesifik, polinator khusus, dan penyerbukan yang terbatas. Simbiosis antara anggrek dengan mikoriza juga mendukung berjalannya siklus nutrisi di dalam tanah.
Anggrek Gunung Lawu
Sebagai sebuah ekosistem apakah kawasan Gunung Lawu juga ditumbuhi anggrek? Anggrek jenis apa yang tumbuh di lereng Gunung Lawu?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, redaksi mencoba menelusuri beberapa sumber di internet. Akhirnya ditemukan sebuah publikasi Jurnal Biologi yang diterbitkan oleh Universitas Udayana Denpasar.
Meneliti Anggrek Gunung Lawu
Adalah Muhammad Daffa Irvani dari Program Studi Biologi, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, dan Ratna Susandarini yang 6 Juni 2023 lalu dikukuhkan sebagai guru besar Taksonomi Tumbuhan di universitas yang sama.
Mereka melakukan penelitian anggrek di lereng Gunung Lawu pada bulan September 2021, di tengah-tengah pandemi covid-19. Mereka menuliskan hasil penelitian tersebut dengan judul: Keanekaragaman spesies anggrek di jalur pendakian Cemara Kandang, Gunung Lawu, Jawa Tengah
Sebagian besar pembaca pasti sudah maklum bahwa gunung Lawu merupakan gunung api tidak aktif yang terletak di perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Lawu memiliki kondisi iklim yang lembab yang mendukung kekayaan biodiversitas di dalamnya.
Gunung Lawu memiliki potensi keragaman hayati tinggi
Gunung ini memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi ini didukung oleh kondisi bentang alamnya, khususnya di lereng bagian selatan yang mendukung untuk terkondensasinya angin tenggara yang bersifat basah menjadi hujan.
Barangkali yang perlu diketahui juga adalah anggrek atau familia Orchidaceae merupakan kelompok tumbuhan berbunga dengan keanekaragaman spesies tertinggi kedua dengan jumlah spesies mencapai 25.000 di seluruh dunia.
Menariknya beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anggrek di kawasan Gunung Lawu memiliki keunikan dan keanekaragaman tinggi.
Penelitian ini dilaksanakan di Jalur Pendakian Gunung Lawu Cemara Kandang, yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tujuannya memang untuk inventarisasi keanekaragaman anggrek beserta kemelimpahan dan distribusinya di sepanjang jalur pendakian.
Jenis-jenis anggrek Gunung Lawu
Hasil utama dari penelitian ini menyebutkan bahwa di sepanjang Jalur Pendakian Cemara Kandang terdapat 14 spesies anggrek. Keempat belas spesies tersebut terdiri dari Bulbophyllum schefferi, Bulbophyllum sp. 1, Bulbophyllum sp. 2, Bulbophyllum sp. 3, Coelogyne miniata, Crepidium koordersii, Liparis montana, Microtis unifolia, Pholidota carnea, Pholidota globosa, Pinalia multiflora, Schoenorchis juncifolia, Taeniophyllum glandulosum, dan Thelymitra javanica.
Total kemelimpahan anggrek yang ditemukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 642 individu, dan memiliki persebaran mengelompok yang terbagi dalam dua zona utama di sepanjang jalur pendakian. Spesies paling banyak yang ditemukan adalah Thelymitra javanica Blume dengan kemelimpahan 284.
Saat ini, Gunung Lawu merupakan kawasan alam yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara PT Perhutani. Kawasan ini masih belum memiliki payung hukum konservasi yang kuat terhadap perlindungan biodiversitas di dalamnya khususnya anggrek.
Tentu saja ini akan berdampak pada pemanfaatan keanekaragaman hayati yang tidak terkendali oleh masyarakat maupun oleh pihak dengan kepentingan lain terutama di sektor pariwisata maupun perdagangan.
Dasar pemilihan lokasi penelitian
Alasan itu pulalah yang menjadikan Jalur pendakian Cemara Kandang dipilih sebagai lokasi kajian. Hal ini karena kawasan ini merupakan salah satu area yang dimanfaatkan untuk sektor wisata. Jalur ini masih alami dan belum ada penelitian yang mendokumentasikan keanekaragaman anggrek di jalur ini sebelumnya.
Semoga penelitian ini bisa menjadi rujukan dalam mengelola kawasan wisata di lereng Gunung Lawu, berikut pengelolaan aset biodiversitasnya. Karena keberadaan biodiversitas akan sangat menentukan keberlanjutan wisata di daerah ini.
Dua orang tersebut melakukan penelitian anggrek alam yang tumbuh di lereng Gunung Lawu. Tentu berbeda dengan anggrek yang telah dibudidayakan oleh para penghobi di kawasan lereng Gunung Lawu.