Kini seakan sudah menjadi hal yang lumrah, desa mendirikan Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes. Konon BUMDes itu merupakan sebuah upaya meningkatkan perekonomian dan menciptakan pelayanan multi effect di desa. Oleh karena itu Kabupaten Karanganyar terus merintis usaha di desa-desa yang berpotensi. Menurut catatan, hingga tahun 2017 di Kabupaten Karanganyar telah ada dua belas Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Ada yang mengatakan juga bahwa pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan opsi cerdas mengelola bisnis bersumber daya lokal. Sumber daya itu dapat berupa aset bergerak, tak bergerak maupun kekayaan lainnya.
Saat ini terdapat tiga desa di Karanganyar yang tergolong maju mengelola BUMDesnya. Yakni Desa Jatikuwung di Kecamatan Gondangrejo, kemudian Desa Berjo dan Kemuning, keduanya di Kecamatan Ngargoyoso.
Menurut Bupati Karanganyar, Juliatmono, di tiga desa itu, pengelolaan BUMDes memberi manfaat positif bagi masyarakat sekitar. Di Desa Berjo, BUMDes menangani bisnis wisata, simpan pinjam, dan persewaan. Berpijak dari potensi pariwisata lereng Lawu, badan usaha yang dibentuk 2008 lalu ini mampu menyetor keuntungannya ke pendapatan asli desa (PADes). Begitu pula BUMDes di Jatikuwung dengan catatan omzet Rp 75 juta per tahun. Adapun cakupan bisnisnya pembiayaan, properti dan penjualan air bersih. Pasar Desa menjadi salah satu sumber pendapatan. Ada juga simpan pinjam dan fasilitas berbayar pamsimas, yakni usaha pasar desa, simpan pinjam dan air bersih.
Sedangkan BUMDes di Desa Kemuning mengandalkan geliat pariwisata dalam mendulang pendapatan. Di sana diarahkan ke usaha warung makan, simpan pinjam. Pendirian BUMDes berdasar kearifan lokal di desa setempat, bukan suatu paksaan melainkan sepanjang ada potensi di desa tersebut bisa didirikan BUMDes. Untuk perekrutan Sumber Daya Manusia (SDM) diserahkan ke desa dan penyertaan modal BUMDes enam puluh persen dari keuangan Pemerintahan Desa. Tidak semuanya harus berbentuk uang tetapi bisa berupa asset. Kades diharapkan tidak terlalu campur tangan langsung BUMDes, melainkan hanya sebagai Pembina.
Desa Puntukrejo, termasuk yang belakangan membentuk BUMDes. Namun rupanya desa ini tidak mau kalah dengan desa tetangganya. Tentu bukan latah, ketika BUMDes Puntukrejo kemudian juga menggarap sektor wisata. Karena memang kawasan lereng Lawu memiliki sangat banyak kawasan wisata baru yang berpotensi dikembangkan.
Beruntung ketika pembentukan BUMDes Puntukrejo dan pembangunan unit usahanya mendapat bantuan perencanaan dari beberapa peneliti dari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS. Dalam sebuah publikasi hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, ditemukan sebuah publikasi berjudul Strategi Penataan Lahan BUMDes Puntukrejo Ngargoyoso Karanganyar Sebuah Penerapan Konsep Agrowisata. Publikasi ini merupakan kertas posisi atas sumbangan desain perencanaan pembukaan lahan milik BUMDes yang digunakan sebagai wahana wisata.
Ini merupakan semacam studi kelayakan. Sehingga para peneliti ini juga membantu melakukan analisis SWOT juga. Dalam publikasi itu disebutkan bahwa kebutuhan dan potensi desa menjadi dasar dalam pendirian BUMDes sebagai bentuk upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tim juga memberikan alasan mengapa memilih Desa Puntukrejo sebagai arena pengabdian masyarakatnya. Hal ini karena Desa Puntukrejo, Ngargoyoso Karanganyar mempunyai beberapa potensi misalnya, merupakan desa yang sejuk dan asri, mempunyi ketinggian di antara 800 hingga 1.540 mdpl, suhu 21,5 derajat C dan pemandangan yang indah; sebagian dari masyarakatnya mempunyai UMKM unggulan yang merupakan usaha olahan dari hasil pertanian atau perkebunan setempat yang telah dikenal dan dipasarkan secara luas; juga mempunyai lahan BUMDes yang merupakan tanah kas desa (bengkok) yang sebelumnya dikelola oleh kepala desa secara mandiri lalu kemudian diserahkan untuk dikelola kepada BUMDes, dengan luas 1,5 ha dan berada di pinggir jalan akses Karangpandan-Kemuning.
Pengurus BUMDes telah mengawali dengan cara sebagian telah dimanfaatkan untuk area kuliner “pecel pincuk mbah Puntuk” makanan khas desa Puntukrejo. Area ini dilengkapi 15 bangunan gazebo, luas masing-masing seluas 4 m2 sebagai tempat makan dengan penataan menyebar.
Namun demikian, bidang usaha ini belum mendapatkan hasil yang memuaskan karena area kuliner ini belum tertata dengan baik dan fasilitas yang disediakan kurang memadai. Lapangan dan tempat parkir memanfaatkan tanah datar. Produk UMKM unggulan lain berupa produk olahan dari hasil pertanian atau perkebunan yaitu kopi Ngargoyoso, kunyit Ngargoyoso dan jahe Ngargoyoso yang telah dipasarkan di luar wilayah desa setempat. Masyarakat Puntukrejo sedang melakukan pelatihan dalam meracik teh yang siap dipasarkan bekerjasama dengan PT Rumpun, perusahaan yang mengelola teh Kemuning.
Selama ini di lahan tersebut telah ada kegiatan rutin seperti penjualan Pecel Pincuk Mbah Puntuk dengan gazebo-gazebo untuk tempat makan, perparkiran di lahan parkir bagi kendaraan pengunjung Pecel Pincuk Mbah Puntuk, dan pengunjung yang sedang menikmati Tour Wisata Kajepe (Komunitas Jeep Puntukrejo); penanaman bunga (biasanya dilaksanakan pada hari Minggu), beberapa jenis tanaman bunga sudah ditaman di lahan BUMDes; kegiatan bermain, kegiatan outbond, dan tubing mini; kegiatan pertemuan di Rumah Pertemuan Besar (Joglo); serta penjualan oleh-oleh di Kios Oleh-oleh dan Lawu Hik.
Ada banyak ragam produk yang dihasilkan oleh kelompok UMKM yang terdapat di Desa Puntukrejo seperti produk olahan singkong, ubi rambat, dan ubi ungu; produk karak dan rengginang; aneka macam kripik; kue kering; jamu gendong; serta masakan tradisional. UMKM ini sebagian terdiri dari kelompok ibu-ibu PKK dan sebagian lagi warga masyarakat. Selama ini pemasaran produk UMKM telah dilakukan melalui beberapa media di antaranya secara online, melalui pameran atau bazaar UMKM, dititipkan pada outlet dan resto yang bekerjasama dengan BUMDes, dan dipasarkan di Kios Oleh-Oleh yang telah dibangun di lahan BUMDes.
Publikasi tersebut juga menyebutkan bahwa tanaman komoditas yang cocok ditanam di lahan BUMDes antara lain: strawberry, jambu (Jambu Kristal, Jambu Air dan Jambu Merah), jeruk (Jeruk Dekopon), Anggur Brazil, ketela rambat (Ketela Ungu, Ketela Kuning dan Ubi Cilembu) dan ketela pohon, tanaman bumbu dapur, dan aneka sayur mayur.
Kajian dan publikasi tersebut merekomendasikan bahwa aktivitas wisata yang tepat untuk diterapkan di lahan BUMDes adalah Wisata Edukasi Pertanian Terpadu, yang sebelumnya memang telah diusulkan masyarakat. Bentuk wisata di mana pengunjung dapat menikmati wisata khas pedesaan dengan edukasi pertanian beserta segala perlengkapannya. Pengunjung dikenalkan alat-alat pertanian tempo dulu, cara menggarap ladang/sawah lengkap dengan sapi dan garunya, cara menanam, cara merawat sapi dan lain-lain. Atraksi tersebut bertujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Selain menambah pendapatan, kegiatan di atas juga dapat melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya.
Rupanya salah satu tujuan penataan lahan BUMDes ini adalah sebagai penguatan peranan BUMDes dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui penguatan kemampuan keuangan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan peningkatan pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha ekonomi masyarakat perdesaan.
Kajian ini juga mengatakan bahwa permasalahan pariwisata yang dihadapi Desa Puntukrejo antara lain belum optimalnya pemasaran wisata, serta rendahnya kualitas SDM dan ketrampilan petani, masih rendahnya daya saing dan inovasi produk pertanian dan perkebunan, serta makin berkurangnya tenaga kerja akibat kurangnya minat generasi muda sebagai petani; rendahnya sinergi antar sektor serta belum terintegrasinya perencanaan pembangunan, penganggaran dan monitoring serta evaluasi pembangunan daerah. Kesemuanya mengakibatkan belum optimalnya penanganan kemiskinan.
BUMDes Desa Puntukrejo memiliki 6 jenis unit usaha yaitu: parkir, kuliner, agrowisata, koperasi, serta unit EO outbond. Unit parkir berlokasi di lahan BUMDes objek penelitian, sedangkan unit kuliner berupa “Hik Lawu” berlokasi di lahan BUMDes. Unit wisata meliputi Water boom (berlokasi di lahan BUMDes), Wisata alam area Desa Puntukrejo (Alas Karet, Tempuran, Sungai, Persawahan dan lain-lain), serta KJP (Komunitas Jeep Puntukrejo) yang mewadahi jeep-jeep wisata. Unit agrowisata yang ada: “The Lawu Fresh” yang berlokasi di lahan BUMDes, “Bali Berry”, berlokasi di seberang lahan BUMDes, serta Kampung bibit.
Saat ini, seluruh hasil kajian tim Arsitektur UNS tersebut telah dilaksanakan. Penataan lahan BUMDes telah dilakukan bersama masyarakat. Realisasi rencana tata lahan dilakukan secara tambal sulam akibat berbagai kendala, sehingga menghasilkan tata lahan yang kurang terintegrasi secara total.
Kedepan berbagai fasilitas akan dibangun. Misalnya Museum Tani, Jembatan penyeberangan orang “JPO Puntuk Agro”, Zona Penghubung, Musholla, Pasar UMKM. Satu fasilitas yang akan dibangun dan cukup menarik adalah Museum Tani yang akan mewadahi segala peralatan pertanian tempo dulu seperti cangkul, garu, ani-ani dan lain-lain. Museum ini langka dan unik serta belum ada wilayah Solo Raya, memberikan pembelajaran pentingnya suatu pelestarian sistem pertanian lokal dimasa lalu kepada generasi muda mengingat Indonesia adalah negara agraris. Konsep ini menyatu dengan konsep agrowisata yang telah diterapkan pada agromart dan lawu fresh.
Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT) Budi Arie Setiadi sempat datang dan meresmikan Gedung UMKM dan Pengukuhan Pengurus BUMDes Desa Puntukrejo ini pada hari Jumat (2/10/2020).
Ketika itu, mantan aktivis Projo (Pro Jokowi) ini mengatakan bahwa keberhasilan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) tidak semata-mata dinilai dari besarnya omzet. BUMDes yang berhasil adalah yang mampu memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga setempat.
Satu lagi BUMDes di Kabupaten Karanganyar mulai menapaki jalan tumbuhnya. Kita tunggu keberhasilannya.
Menurut Badan Pusat Statistik, anggrek adalah komoditi andalan sektor florikultur atau tanaman hias. Tanaman ini…
Dilihat dari aspek ekonomi anggrek merupakan tumbuhan dengan nilai estetika tinggi yang menarik orang untuk…
Tanah lereng Gunung Lawu bagian barat adalah tempat lahirnya komunitas-komunitas besar yang kalau ditelusuri hingga…
Ketika suatu wilayah dilintasi sebuah sungai atau kali maka akan terjadi pembelahan wilayah tersebut menjadi…
Pengelola wahana wisata Cemoro Kandang Park, Anis Susilowati memamerkan foto seekor burung kepada kolega dan…
Di Desa Segorogunung, transformasi pemberdayaan masyarakat desa dan mengkaitkannya dengan pengembangan wisata desa dilakukan secara…