Di Desa Segorogunung, transformasi pemberdayaan masyarakat desa dan mengkaitkannya dengan pengembangan wisata desa dilakukan secara kolaboratif. Kebetulan Desa Segorogunung menjadi sasaran Program Pemberdayaan Masyarakat Desa (P2MD).
Tim P2MD Gamagrita SV UNS mengkolaborasikan kegiatannya dengan bermitra bersama pemerintah desa, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mustika Lawu, dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengembangkan destinasi wisata melalui pusat inkubasi. Di antara kegiatannya mengadakan pelatihan peningkatan keterampilan bisnis dengan pelatihan manajemen pemasaran. Ada pula pelatihan digital branding, legalitas usaha, dan pengolahan produk khususnya berbahan dasar labu siam. Juga akan membangun pusat inkubasi bisnis dan penjualan produk unggulan Desa Segorogunung melalui Sentra Agrilawu yang berkonsep penuh warna.
Pelatihan diikuti oleh ibu-ibu PKK dan kelompok wanita tani warga Segorogunung. Untuk pelatihan memang tidak mengikut sertakan karang taruna. Pihak P23MD berharap warga Desa Segorogunung bisa meningkatkan bisnisnya, bisa mengolah dan melihat potensi yang ada disekitar dan memanfaatkannya sehingga bisa membantu perekonomian di Desa Segorogunung.
“Desa Segorogunung dipilih sebagai tempat pemberdayaan dikarenakan banyaknya potensi yang belum terintegrasi dan belum diolah lebih banyak. Jadi kita mengolahnya dan membuat pusat inkubasi bernama Sentra Agrilawu,” kata Hilda Sekar Wulandari selaku Ketua Tim P2MD, dalam peluncuran dan penandatangan kerja sama dengan pihak desa, Kamis (11/11/2021).
Meskipun sebenarnya potensi di bidang pariwisata dan pertanian Desa Segorogunung ini sudah banyak dikenali oleh wisatawan. Dalam mengembangkan wisata desa diperlukan sektor pendukung, seperti kuliner dan buah tangan. Selain itu, terdapat potensi pertanian yang dapat dikembangkan yaitu komoditas labu siam. Sayangnya masyarakatnya dapat dikatakan masih kurang kreatif dan inovatif dalam mengolahnya sehingga keuntungan yang dihasilkan relatif kecil.
Selain itu, tim mengolah labu siam menjadi produk olahan makanan, seperti stik labu siam, risol labu siam, brownies labu siam, dan wingko labu siam. Tim juga melakukan pendampingan untuk memantau progres kegiatan dan menemukan solusi dari permasalahan yang muncul pada saat pelaksanaan program. Sebagai penguatan strategi penjenamaan, produk olahan dikemas menggunakan standing pouch plastik kekinian dan disematkan merek “Sechi” sebagai pembeda dari kompetitor lain.
Sebelumnya tim telah melakukan berbagai kegiatan, di antaranya sosialisasi program dengan menggelar pelatihan bertajuk “Scale Up Produk Lokal Desa guna Mendukung Destinasi Wisata Segorogunung”.
Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan P2MD yang didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Kepala Desa Segorogunung, Tri Harjono, berharap dengan kerja sama ini pariwisata di desanya bisa berkembang. Pelatihan yang sudah didapat warganya diharapkan bisa diimplementasikan untuk meningkatkan kesejahteraan.
“Dengan kerjasama ini akhirnya menghasilkan makanan olahan dari labu siam dan jamu olahan dari bahan baku daun labu siam yang sudah kita coba. Memang baru pertama kalinya bagi kita dan rasanya cukup manis dan berbau khas daun labu siam kering dan kita berharap dapat menggali lagi potensi-potensi lain di desa kita,” kata Tri Harjono.
Bagi Mahasiswa D3 Agribisnis Sekolah Vokasi (SV) UNS sendiri program kegiatan ini bisa dimaknai sebagai pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat serta mengembangkan potensi desa.
Program ini merupakan implementasi dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang menerapkan sistem pembelajaran secara merdeka, salah satunya dengan terjun langsung kepada masyarakat sehingga mahasiswa memiliki keterampilan yang diperlukan untuk hidup di masa depan.
Selain itu, tim bersama desa mitra berhasil membangun Sentra Agrilawu sebagai pusat inkubasi dan penjualan produk unggulan Desa Segorogunung. Tidak hanya sebagai sentra UMKM, Sentra Agrilawu dapat dijadikan sebagai objek wisata.
Pengunjung dapat berswafoto dengan latar bangunan berkonsep “millenial colorful” dan juga dilengkapi dengan properti-properti pendukung, seperti halnya pakaian kostum.
Pada Kamis (11/11/2021), Sentra Agrilawu resmi diperkenalkan kepada masyarakat melalui peluncuran yang diadakan di lokasi pembangunan Sentra Agrilawu. Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Camat Ngargoyoso, Wahyu Agus Pramono. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi bagi Tim P2MD Gamagrita yang telah memberikan andil dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Segorogunung.
Selain Camat, hadir pula perwakilan dari Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Karanganyar, Sarno selaku Kepala Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata.
Dekan Sekolah Vokasi UNS, Drs Santoso Tri Hananto, M.Acc., Ak. mengapresiasi keberhasilan tim dalam mewujudkan pusat inkubasi sebagai bagian dalam P2MD. Selain itu, ia menyampaikan bahwa perlu adanya kolaborasi antarprogram studi lain dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Sehingga keluaran yang dihasilkan dapat lebih beragam dan menjangkau berbagai elemen masyarakat di desa.
Dosen pembimbing Rysca Indreswari, S.Pt MSi menambahkan, keberadaan Tim P2MD Gamagrita SV UNS, merupakan sebagai bentuk kontribusi nyata mahasiswa untuk masyarakat. Mahasiswa sebagai insan cendekia diharapkan mampu memberikan solusi dan perubahan dalam masyarakat dengan kemampuan teknologi dan konseptual struktural yang dimilikinya.
Dikatakan, selain acara peluncuran, juga diadakan penandatanganan perjanjian kerja sama antara SV UNS dengan Desa Segorogunung sebagai desa binaan dan tempat pengabdian bagian mahasiswa.
Dekan Sekolah Vokasi UNS, Drs. Santoso Tri Hananto, M.Acc., Ak. mengaku senang atas keberhasilan tim dalam mewujudkan pusat inkubasi sebagai bagian dalam P2MD. Selain itu, ia menyampaikan bahwa perlu adanya kolaborasi antarprogram studi lain dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Tim P2MD yang menggandeng BUMDes Mustika Lawu ini juga membuat BUMDes ini memiliki diversifikasi bidang yang dikelola. Selama ini BUMDes Mustika Lawu telah mengelola Bukit Paralayang.
Di Bukit Paralayang ini BUMDes Mustika Lawu juga mengelola camping ground, yang menyuguhkan panorama alam perbukitan, sewa jeep, serta menaiki paralayang.
Setiap pengunjung yang hendak masuk ke kawasan wisata tersebut dikenakan retribusi senilai Rp 3.000 per orang. Sebelum diberlakukan PPKM (saat pandemi) jumlah pengunjung bias mencapai 200-300 orang per hari saat hari biasa, dan pada akhir pekan bisa mencapai 2.000 orang.
Ketika diberlakukan PPKM pengunjung hanya mencapai sekitar 100-150 orang pada hari biasa, dan paling banyak 500 orang pada akhir pekan.
Sehingga dengan pelibatan BUMDes Mustika Lawu dalam pengembangan inkubasi bisnis ini, akan memberikan dampak positif kepada BUMDes, karena ada diversifikasi bidang usaha lain. Sekaligus bisa berdampingan dengan berkembangnya usaha UMKM warga desa Segorogunung. (dari berbagai sumber)
Menurut Badan Pusat Statistik, anggrek adalah komoditi andalan sektor florikultur atau tanaman hias. Tanaman ini…
Dilihat dari aspek ekonomi anggrek merupakan tumbuhan dengan nilai estetika tinggi yang menarik orang untuk…
Tanah lereng Gunung Lawu bagian barat adalah tempat lahirnya komunitas-komunitas besar yang kalau ditelusuri hingga…
Ketika suatu wilayah dilintasi sebuah sungai atau kali maka akan terjadi pembelahan wilayah tersebut menjadi…
Pengelola wahana wisata Cemoro Kandang Park, Anis Susilowati memamerkan foto seekor burung kepada kolega dan…
Sudah hampir 3 dekade publik mengenal khasiat tumbuhan yang diduga sebagai obat kuat laki-laki. Nama…