“Di area hutan yang dikelola ini hidup 42 jenis burung. Termasuk elang jawa. Kemudian 52 koleksi pohon. Jadi, anak-anak kita tidak perlu jauh mengenal alam dan ragam flora-fauna, cukup di Tahura saja,” ujar Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Bowo Suryoko kepada KR saat meresmikan HUT ke-15 Tahura KGPAA Mangkunegoro I, Selasa (21/10).
Untuk mencapai Tahura yang terkenal dengan pesona Candi Cetho-Sukuh dapat ditempuh perjalanan berjarak sekitar 36 kilometer dari Solo ke arah Tawangmangu. Pengelola menyediakan fasilitas di bumi perkemahan berdaya tampung 250 orang, berupa peralatan camping dan MCK. Menariknya, beberapa obyek wisata di tahura ini terhubung jalan setapak sepanjang 570 meter bermaterial gicok/batu blondos. Selain jalan gicok juga terdapat jalur tracking khusus bagi pengunjung yang menyukai tantangan lintas alam sepanjang 5 kilometer.
Tata kelola wahana konservasi alam ini melibatkan masyarakat selaku personel perawatan dan pemanfaatan. Tercatat, 300 warga di sekitar tahura memanfaatkan rumput di area tersebut sebagai pakan ternak. Sebagai timbal baliknya, mereka bertugas menjaga tahura dari pembalakan liar maupun kebakaran hutan.
“Yang menjaga masyarakat sehingga penghasilan juga buat mereka sendiri,” kata Penanggung Jawab Tahura KGPAA Mangkunoro I, Soegiharto.
Dalam rangka HUT ke-15 Tahura KGPAA Mangkunegoro I, manajemen kawasan konservasi ini menggiatkan kembali aktivitas bertema jelajah alam. Sebanyak 120 peserta dari kalangan mahasiswa/pelajar dan masyarakat umum mengikutinya dengan rute sekitar tahura sampai ke puncak Lawu. (*-10)
Agus Sigit |
Sumber: Kedaulatan Rakyat, Selasa, 21 Oktober 2014
—————
Tahura “Surga” Tersembunyi di Lereng Gunung Lawu
Berlibur menghabiskan waktu untuk melepaskan kepenatan setelah sepekan beraktifitas, tak harus berkunjung ke pusat berbelanja mewah atau pergi ketempat hiburan mewah lainnya yang bisa menguras isi dompet anda.
Namun hanya cukup mengeluarkan uang sebesar Rp 5 ribu saja, anda bisa menghirup udara segar pegunungan sekaligus berwisata berkelilling di sekitar candi yang terletak di bawah kaki Gunung Lawu.
Ya, memang benar potensi wisata alam yang ada di bawah kaki Gunung Lawu, tepatnya di Kabupaten Karanganyar ini memang memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Tak hanya udara segar ciri khas daerah pegunungan masih bisa di rasakan, di bawah lereng gunung Lawu juga terdapat hutan yang asri dan rimbun serta hewan-hewan seperti kera masih bebas berkiaran bergantungan di rindangnya pepohonan.
Itulah Taman Hutan Raya (Tahura) peninggalan K.G.P.A.A.Mangkunagoro I. Letaknya tepat dibelakang candi eskotik yang sudah mendunia yakni Candi Sukuh. Berlokasi di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Luas lahan Taman Hutan Rakyat (Tahura) ini sendiri yaitu sekitar sekitar 231 hektare.
Di Tahura inilah, wisatawan bisa berinteraksi langsung dengan alam. Dari Tahura ini juga, bila cuaca cerah, wisatawan bisa dengan mata telanjang tanpa menggunakan teropong, sangat leluasa melihat Kota Solo serta kota lainnya dari atas Gunung.
Tak heran karena indahnya suasana alam di candi Sukuh serta Tahura Mangkunegaran yang masih asri ini bayak dimanfaatkan oleh pasanganm calon pengantin untuk melakukan foto pre-wedding. sering mengambil lokasi di sini.
Tahura Mangkunegoro sendiri berada tepat di belakang candi Sukuh. Yang merupakan kawasan pelestarian alam, lokasi penelitian, perkemahan dan pariwisata.
Tahura ini juga merupakan satu-satunya taman hutan raya yang ada di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki berbagai jenis pohon langka dan juga berbagai macam hewan masih hidup bebas di sini. Masih terlihat banyak monyet yang bergelantungan di pepohonan.
Setelah puas menyaksikan keindahan candi Sukuh, dan menyegarkan mata dengan pemandangan hutan yang hijau, wisatawan juga akan dimanjakan dengan seduhan teh hitam, teh khas daerah pegunungan Ngargoyoso.
Berbeda dengan teh lainnya, teh ini dipetik langsung dari pucuk teh yang masih segar yang diolah secara tradisional dengan menggunakan ketel dan bukan dengan mesin dan tanpa campuran apapun. Rasakan kenikamatannya, terutama aromanya khas dan bau teh alami. Tapi bila meraciknya terlalu kental, maka rasa tehnya akan terasa pahit.
Wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata inipun bisa langsung membuat teh tersebut. Banyak berjejer warung yang menyediakan minuman teh asal Kemuning, Ngargoyoso, tersebut. Pengunjung pun bisa secara langsung meracik teh itu sendiri dan kemudian meminumnya sambil ditemani timus yang dibuat dari ubi ungu yang ditumbuk halus dan didalamnya diisi dengan manisan beligo.
Tak hanya itu saja, pengunjung juga bisa membawa pulang teh olahan tersebut. Untuk satu pak kecil teh hitam di hargai Rp. 15 ribu dan khusus teh hijau harganya Rp. 25 ribu.
Sally, salah satu pengunjung yang berasal dari Jakarta mengaku sengaja datang jauh-jauh karena begitu tertarik dengan rasa teh khas Ngargoyoso tersebut. Selly datang tak sendirian. Perempuan bertubuh tambun ini pun datang dengan kawannya yang berwarganegaraan Perancis untuk melihat dari dekat candi Sukuh yang konon usianya jauh lebih tua dibandingkan candi yang didirikan suku Maya.
“Rasa tehnya unik, serasa ada bau kopinya, suasana hujan gerimis begini minum teh sambil menikmati kabut di candi sukuh memang menarik, amazing,” terang Selly saat berbicang dengan okezone, di Candi Sukuh, Ngargoyoso, Karanganyar, Senin (7/12/2014).
Selly mengaku dibandingkan berwisata ke lokasi lainnya, dirinya lebih suka berwisata di candi Sukuh dan Taman Hutan Rakyat (Tahura) ini. Pasalnya, selain untuk mengendurkan saraf, Selly merasa dirinya bagaikan bangsawan keraton yang datang ke Tahura ini untuk berwisata.
“Tahura inikan dulunya di buat sebagai lokasi wisata Raja Keraton dari Pura Mangkunegara. Jadi, datang ke sini, tak hanya menikmati keindahaan alamnya, tapi juga merasakan bagai keluarga kerajaan yang tengah berlibur di taman pribadi Raja,”pungkasnya. (tanti)
Sumber: Okezone.com, Monday, December 8, 2014
Menurut Badan Pusat Statistik, anggrek adalah komoditi andalan sektor florikultur atau tanaman hias. Tanaman ini…
Dilihat dari aspek ekonomi anggrek merupakan tumbuhan dengan nilai estetika tinggi yang menarik orang untuk…
Tanah lereng Gunung Lawu bagian barat adalah tempat lahirnya komunitas-komunitas besar yang kalau ditelusuri hingga…
Ketika suatu wilayah dilintasi sebuah sungai atau kali maka akan terjadi pembelahan wilayah tersebut menjadi…
Pengelola wahana wisata Cemoro Kandang Park, Anis Susilowati memamerkan foto seekor burung kepada kolega dan…
Di Desa Segorogunung, transformasi pemberdayaan masyarakat desa dan mengkaitkannya dengan pengembangan wisata desa dilakukan secara…