Categories: wisata

Air Terjun Jumog: Membawa Anda Berwisata Alam ke Masa Lampau

Pada berbagai iklan tujuan wisata sering kita temukan slogan “sorga yang hilang.” Seberapa jauh Anda percaya terhadap kebenaran iklan tersebut dengan kenyataan yang sebenarnya? Namun jika Anda berkunjung ke air terjun Jumog Anda akan mendapati bahwa slogan tersebut mendekati kebenaran.

Jika kita mendengar istilah sorga wisata yang tergambar dalam bayangan kita adalah kepuasan dari panca indera kita saat berada di lokasi tersebut. Mata kita sangat puas memandangi keelokan panorama, telinga kita merasa nyaman mendengar suara gemericik air, kicauan burung nan merdu, desahan angin yang lembut sedang meniup pepohonan dan jauh dari berbagai suara bising dari kehidupan di tempat lain yang penuh polusi. Sementara itu hidung kita mencium berbagai bebauan  yang khas dari pepohonan serta harumnya aroma bunga-bunga tertentu yang tumbuh subur di lokasi itu. Indera perasa kulit kita juga merasa nikmat oleh kesejukan hawa yang kadang terasa menembus hingga ke tulang. Tak ketinggalan, lidah kitapun bisa bergoyang mencicipi menu berbagai makanan lokal yang dijajakan.

Apabila gambaran seperti di atas yang dimaksud sorga yang hilang maka tidaklah berlebihan jika slogan tersebut dilekatkan pada tempat wisata Air Terjun Jumog. Ya, tidak salah memang jika Jumog adalah sorga yang hilang, karena suasana seperti itu sudah lama atau jarang kita temui terutama bagi kita yang selalu hidup di perkotaan yang sering dipenuhi polusi dan jarang punya waktu berwisata ke luar kota. Namun Jika Anda berkunjung ke Jumog “sorga” yang hilang tadi niscaya bisa Anda temukan lagi.

Sejarah
Nama Jumog diambil dari nama bukit tempat air terjun tersebut berada. Jumog berada di satu kawasan dengan tempat wisata lain yaitu Candi Sukuh, yang hanya berjarak sekitar 1,5 KM di lereng barat Gunung Lawu, Kabupaten Karang anyar, Jawa Tengah. Kompleks wisata ini mulai dioperasikan pada tahun 2007. Sebelumnya air air terjun yang tingginya sekitar 12 meter ini sulit dicapai  secara dekat. Dulu orang hanya bisa melihat dari jarak sekitar 200 meter karena titik tempat jatuhnya air berupa jurang berbatu yang sangat terjal dan licin serta dipenuhi gerombolan pohon bambu dan sengon. Air terjun ini membelah bukit menjadi dua yang saling mengapit. Bukit sebelah kiri banyak ditanami pohon pinus sementara bukit sebelah kanan lebih banyak dijadikan ladang oleh warga setempat untuk menanam sayuran seperti wortel, kubis, cabe, buncis serta tanaman palawija. Bukit sebelah kiri ini relatif lebih mudah dijangkau oleh pend uduk karena berada di sisi jalan kecil curam yang menghubungkan dusun Berjo dan Gondang.

Beberapa tahun sebelumnya orang tidak pernah berpikir tempat semacam ini bisa disulap menjadi tempat wisata yang cantik. Alasan utamanya adalah Jumog adalah tempat yang sangat terpencil yang medannya sulit dijangkau. Di samping itu keindahan air terjun masih ditutupi oleh rimbunnya pohon bambu yang membuat suasana lokasi gelap. Segelintir orang yang datang mendekati air terjun hanyalah orang-orang penggarap ladang dan pencari rumput untuk pakan ternak. Orangpun tidak bisa terlalu dekat dengan air terjun karena sulitnya medan.

wisata ke masa lampau
Sekarang Anda bisa bayangkan bagaimana suasana sebuah tempat wisata yang sebelum dibuka nyaris tidak pernah dijamah oleh manusia. Setelah berada di tempat ini maka indera-indera Anda akan dimanjakan oleh suasana yang masih alami, jauh dari kebisingan dan polusi. Dengan demikian ketika berada di kompleks air terjun Jumog Anda bisa merasakan seolah terbawa ke sebuah tempat beberapa puluh tahun silam di mana semuanya masih serba asri dan hening. Maka jangan heran ketika Anda berkunjung ke sana Anda akan melihat banyak wisatawan yang betah dan berlama-lama di kompleks wisata ini meskipun fasilitas yang tersedia masih sederhana dan terbatas. Banyak kelompok anak muda maupun keluarga menghabiskan waktu dari pagi hingga petang. Memang untuk sekarang ini tempat wisata hanya beropasi dari jam 8 pagi jam 5 sore.

Meskipun fasilitas wisata masih sederhana dan terbatas tetapi cukup untuk memenuhi berbagai keperluan pribadi Anda. Selain air terjun yang menjadi icon utama, di dalam kompleks juga tersedia sebuah kolam renang ukuran sedang, play ground untuk anak-anak, beberapa balai terbuka untuk tempat istirahat, toilet-toilet dan kamar mandi yang lumyan bersih serta sebuah panggung hiburan yang menghadirkan pertunjukan musik live (seringnya dangdut) pada akhir pekan dan saat musim liburan. Jika balai penuh di sisi kanan – kiri kali sepanjang kompleks juga sengaja dibuat banyak termpat bersantai di atas tanah lapang di mana Anda bisa menggelar tikar sebagai alasnya. Jika tidak bawa tikar, Anda bisa mendapatkannya di penyewaan.

Untuk memanjakan lidah Anda, di seantero kompleks telah bertebaran pedagang aneka makanan dan minuman. Sejak dari pintu masuk hingga di berbagai pojok Anda bisa mendapatkan warung makan yang menjajakan aneka menu seperti sate ayam, sate kambing, mie ayam, bakso, dan nasi goreng. Makanan khas Jumog yang banyak diminati pengunjung adalah sate kelinci. Anda tidak perlu merogoh kantong terlalu dalam untuk mengenyangkan perut, harga makanan dan minuman di Jumog masih wajar.

Setelah tiba di lokasi, tentu saja pertama-tama yang harus Anda lakukan adalah menceburkan diri ke kolam yang manjadi titik terjunnya air. Anda akan merasakan sensasi dinginnya air dipadu dengan dinginnya hawa. Jika udara cerah, tengoklah atas ke tempat menyembulnya air niscaya Anda akan terkagum mengamati tampias air yang terlihat jadi pelangi. Setelah puas atau sudah tidak tahan oleh dingin karena basah kuyub, barulah Anda pindah ke balai-balai untuk ganti baju dan menikmati makanan.

Cara menuju lokasi
Banyak pilihan jalan untuk mencapai tempat tersebut. Semuanya baik, tergantung jenis kendaraan yang Anda pakai motor atau mobil. Juga tergantung apakah tujuan Anda hanya Jumog saja atau Anda juga sekaligus mengunjungi tujuan wisata lain. Jika selain Jumog Anda juga merencanakan kunjungan ke tempat lain maka Anda direkomendasikan menempuh rute yang berbeda agar perjalanan Anda lebih efisien.

Semua pilihan rute diasumsikan Anda bertolak dari kota Solo, yang berjarak sekitar 40 KM dan memerlukan waktu tempuh kurang dari satu jam. Asumsi pertama jika selain Jumog Anda juga berniat berkunjung ke Tawang Mangu maka rute yang harus Anda tempuh: Solo – Palur – Karanganyar – Karang Pandan di persimpangan Keprabon Anda ambil kanan mengarah ke Tawang Mangu. Di sebuah belokan bernama Karang Taji Anda masuk (belok kiri) kemudian Anda akan melewati beberapa pedusunan Srandon – Taji – Jamanganti, Duren – Semprong – Pringapus – Bangkang – Semprong – Bangkang – Tagung – Berjo maka Anda sudah sampai di Jumog. Setelah selesai kunjungan Jumog Anda kembali melewati rute semula dan begitu sampai di Karang Taji Anda belok kiri menuju Tawang Mangu. Jadi jika Anda memiliki tujuan Jumog dan Tawang Mangu maka Anda disarankan mendahulukan Jumog.

Kedua, jika sebelum Jumog Anda bermaksud berkunjung ke Candi Sukuh maka rute yang harus Anda tempuh adalah: Solo – Palur – Karanganyar – Karang Pandan di persimpangan Keprabon Anda ambil kiri mengarah ke Sukuh. Baru setelah Sukuh anda menuju lokasi air terjun dengan melewati Dusun Selorejo, Pabongan, Berjo dan Anda sudah tiba di Jumog. Melewati rute manapunun, Anda tidak perlu khawatir tersesat karena sejak jarak beberapa kilometer sebelum lokasi Anda akan menemukan banyak papan petunjuk yang akan memandu Anda hingga sampai lokasi. Kedua pilihan rute di atas diasumsikan Anda mengganakan moda transportasi roda empat atau mobil. Jika Anda menggunakan kendaraan roda dua atau sepeda motor maka setelah mendekati lokasi tersedia beberapa pilihan untuk melewati jalan-jalan kecil yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor. Misalnya, dari Candi Sukuh untuk menuju Jumog Anda bisa melewati dusun Gondang. Dari situ Anda bisa memasuki kompleks Jumog dari sisi timur, karena Jumog berada di arah barat daya Gondang.

Anda bisa berpetualang dengan berjalan kaki dari Candi Sukuh menuju Jumog dengan melewati dusun Gondang dengan jalan-jalan kecil yang sudah diconblock dan sebagian masih jalan tanah yang dilapisi batu. Kendaraan Anda cukup diparkir di Candi Sukuh. Dan, jika siap berpetualang yang jauh lebih seru, Anda bisa berjalan kaki dari Candi Sukuh menuju Jumog, kemudian dilanjutkan ke Air Terjun Gerojogan Sewu Tawang Mangu yang berjarak sekitar 5 Km. Nah, selamat berwisata…

Redaksi

staf redaksi sukuh.com

Recent Posts

Pabongan Orchid, Berbisnis Cantiknya Anggrek di Lereng Lawu

Menurut Badan Pusat Statistik, anggrek adalah komoditi andalan sektor florikultur atau tanaman hias. Tanaman ini…

12 months ago

Inilah Jenis Anggrek Alam yang Paling Banyak Tumbuh di Lereng Gunung Lawu

Dilihat dari aspek ekonomi anggrek merupakan tumbuhan dengan nilai estetika tinggi yang menarik orang untuk…

2 years ago

Pordjo Abdul Ghani, Trah Berpengaruh di Lereng Barat Gunung Lawu

Tanah lereng Gunung Lawu bagian barat adalah tempat lahirnya komunitas-komunitas besar yang kalau ditelusuri hingga…

2 years ago

Dikotomi Lor Kali – Kidul Kali: Antara Mitos dan Realitas

Ketika suatu wilayah dilintasi sebuah sungai atau kali maka akan terjadi pembelahan wilayah tersebut menjadi…

2 years ago

Jalak Gading, Burung Pemandu Jalan Pendaki Gunung Lawu

Pengelola wahana wisata Cemoro Kandang Park, Anis Susilowati memamerkan foto seekor burung kepada kolega dan…

3 years ago

Dari Inkubasi Bisnis Sampai Bukit Paralayang Segorogunung

Di Desa Segorogunung, transformasi pemberdayaan masyarakat desa dan mengkaitkannya dengan pengembangan wisata desa dilakukan secara…

3 years ago